Berhijrah Atau Membusuklah (1)
Agak tega dan sadis? Emang sengaja.
Manusia itu layaknya air. Ketika dia mengalir, maka ia akan tetap jernih dan mampu memberi manfaat buat semua yang ada di lintasannya. Tetapi jika ia menggenang, maka air itu akan berbau busuk dan menimbulkan penyakit.
Untuk itulah Islam mengajarkan tentang pentingnya berhijrah. Bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya. Dari kampung halaman yang nyaman ke satu tanah impian. Dengan berhijrah atau berpindah, kita akan semakin luas wawasannya. Kita akan terbuka dengan hal-hal yang baru. Tidak seperti katak dalam tempurung. Udah katak, dalam tempurung pula. Mau jadi apa?
Ada poin penting dalam berhijrah yang kadang kita lupakan. Dengan berhijrah kita akan lebih bisa memaknai dan mendalami tanda-tanda kebesaran Tuhan. Kita bisa mengerti, bahwa ternyata apa yang selama ini kita sombongkan, tidak ada apa-apanya.
Aku dari umur 11 tahun sudah di hijrahkan oleh Bapak dan Ibu ku. Ketika teman SD seangkatanku disekolahkan orang tuanya di SMP dekat rumahnya, Bapak ku mempunyai pemikiran lain. Dia menegakan dirinya untuk mengirimku jauh dari rumah. Sebenarnya pilihan awalnya aku hendak dimasukkan pondok As-Salam di Surakarta. Tapi karena Mamah yang kurang ridho pada saat itu aku dimasukkan ke SMP N 1 Purwokerto. SMP terbaik di kabupaten Banyumas pada zamannya.
Jarak dari rumah ke sekolah yang kurang lebih ada 30 km, membuat Bapak mengambil keputusan untuk mengekoskanku. Anak baru lulus SD yang mandi aja masih belum bersih udah disuruh ngekos? Ya itulah aku. Tanpa saudara dan sanak famili di sebuah kota yang baru. Kota yang dulu hanya aku datangi jika untuk berwisata atau berbelanja tahun ajaran baru, sekarang aku harus menetap disana.
Tapi entah kenapa saat itu ga ada sedikit pun rasa khwatir. Karena Bapak ku bilang :
“Brili, jika kamu ingin memperbaiki nasib mu, kamu harus tangguh. Kamu harus mendapatkan pendidikan yang terbaik. Belajar prihatin dari sekarang, maka engkau kan memetik buah manisnya kelak nak..”
Walaupun memang secara prestasi akademis aku belum dapat mengungguli teman-teman di sekolahku, tapi aku menjadi semakin percaya diri. Aku dapat bersilaturahmi dengan teman-teman baru yang kehidupannya berbeda jauh denganku di desa.
Dan poin terbaiknya adalah justru dengan jarak yang membentang, aku bisa lebih merasakan kehangatan cinta orang tua. Yang tadinya berasa biasa saja karena tiap hari bisa ketemu, sekarang setiap pertemuan selalu punya makna istimewa. Mulai dari masakan Mamah yang terasa begitu nikmat di lidah, sampai perhatian Bapak yang lebih kurasakan ketulusannya. Hal tersebut yang selama ini jarang kusyukuri ketika justru dekat dengan orang tua.
Jadi berhijrah atau membusuklah,,,
Nb. Tadinya mau dikasih judul berhijrah atau maticajalah.. Tapi diurungkan karena… ah sudahlah..
7 comments
terimakasih pencerahannya
Kata2 ya bagus dan mengandung bnyak inspirasi
mantaf banget , sangat bermakna
inspiring.
bagus bangetttt,.,., aku bangettt
makjleb baca judulnya
Mantap …aku jadi teringat saat masuk pesantren