Kamukah Salah Satu Gelandangan Itu? – Properti
https://finance.detik.com/properti/3744907/95-kaum-milenial-terancam-jadi-gelandangan-di-2020
Belakangan saya sering membuat survey atau polling mengenai properti. Kamu tahu kenapa? Ya tentu saja berawal dari kegelisahan saya ketika membaca liputan khusus koran kompas bulan februari kemarin, ditambah berita penegasan dari detik.com .
Bisa dibayangin kan? 95%!! 95% woy, terancam jadi gelandangan! Sebelum kamu lanjutkan baca status ini, ada baiknya kamu baca link di atas.
Oke? Sudah baca?
Ya, penyebabnya antara lain adalah kenaikan harga properti yang naik rata-rata 17% tiap tahun yang tidak sebanding dengan presentase kenaikan UMR. Sebagai generasi milenial, fakta ini membuat saya perlu menulis tulisan ini.
Tiga kebutuhan pokok manusia, sandang, papan, pangan. Untuk masalah papan, inilah masalah paling pelik. Menurut sebuah survey, transaksi pembelian rumah (properti) adalah transaksi terbesar yang pernah dilakukan manusia. Dari survey saya, 70% responden menyatakan pendapatannya tidak cukup untuk membeli properti.
Untuk kamu yang udah dapat warisan rumah dari orang tua dan sudah merasa aman, stop baca tulisan ini. Saya akan mencoba memberi solusi sesuai pengalaman saya.
Begini gaes, properti itu beda dengan sandang dan pangan. Sandang dan pangan, adalah pengeluaran konsumtif. Sekali konsumsi, habis. Sedangkan properti, adalah bagian dari investasi. So, kamu bisa memakainya sepanjang hidupmu dan bahkan menikmati pertumbuhan nilainya sepanjang waktu.
Mindset investasi ini dulu yang harus kamu dalam dalam tancapkan dalam pikiranmu.
Karena ini investasi, tentunya ada seribu jalan untuk mendapatkannya. Beda dengan barang konsumsi. Jalan mendapatkannya terbatas.
Sebelum saya tunjukkan caranya, saya selalu teguh memegang prinsip “Menunda Kesenangan” untuk mendapatkan kesuksesan. Hal ini berlaku pada apapun. Termasuk kesuksesan mendapatkan properti ini.
Jika kamu tidak siap untuk menunda kesenangan, udah ga usah terusin baca tulisan ini. Percuma. Lanjutin saja gaya hidupmu yang mengedepankan impresi sosial media.
Saya ingin mengambil contoh pengalaman pertama saya membeli properti di tahun 2012 . Sebuah rumah dengan harga 180 juta. Saya hanya punya uang cash 50 juta saat itu. Apa yang saya lakukan? Saya mencari investor untuk melunasi sisanya. FYI, saya termasuk orang yang cenderung menghindari hutang Bank, walaupun itu syariah sekalipun.
Alhamdulillah kebeli dan berjodoh itu rumah. Setelah kebeli, saya langsung perbaiki sana sini, renovasi dikit. Yang tadinya Cuma 4 kamar, saya sulap jadi 6 kamar. Dan langsung saya kontrakkan tahunan.
Statusnya saat itu adalah saya punya rumah, tapi rumahnya ditempati orang lain, sedangkan saya sendiri ngekos.
Inilah yang saya maksudkan sebagai Menunda Kesenangan. Alhamdulillah Allah Maha Baik, 2014 dari hasil uang kontrakan dan ada rezeki tambahan, uang investasi bisa saya kembalikan ke investor.
Di tahun 2015 rumah itu saya jual. Tahu berapa harganya? Alhamdulillah terjual 400 juta! Harganya naik lebih dari dua kali lipat.
Keliatannya memang mudah di atas kertas. Namun di dunia nyata, kalau kata mentor saya, kita membutuhkan beberapa kecerdasan. Kecerdasan cashflow, kecerdasan melihat peluang, dan juga kecerdasan menjual. Ah pokoknya ini semua ilmu praktek. Ga mungkin ada orang yang bisa dapetin ilmu ini hanya dari membaca saja.
Di tulisan ini, pesan utama saya adalah tentang Menunda Kesenangan. Itu dulu ditanamkan. Insyaallah di tulisan selanjutnya, saya akan mencoba berbagi tentang teknik-teknik membeli properti.
Kira-kira ada yang tertarik?
Yang tertarik, silakan isi kolom komentar dan share tulisan ini.
Terimakasih..