Review Senetralnya Film Cinta Tapi Beda

Please..Sebelum baca postingan ini, baca dengan pikiran terbuka ya.. :)

Mungkin kata “senetralnya” akan buat kamu bertanya-tanya, karena di dua review sebelumnya aku pakai kata “seenaknya” dan “Sejujurnya”. Ya, karena sejak awal kemunculan film ini, cukup menuai banyak kontroversi terutama dari saudara kita di Minang.

Yang membuat saudara kita dari Minang geram adalah mereka “berasumsi” sekali lagi berasumsi, film ini menceritakan tentang kisah seorang wanita Minang Katolik. Padahal di suku Minang, semua memeluk agama Islam. Mereka menganggap ini suatu pembodohan. Dan membuat mereka marah……

Tapi asumsi hanyalah asumsi. Kosong tanpa fakta. Karena hampir 2 jam Aku nonton film ini, ga ada satu pernyataan dari si tokoh wanita atau keluarganya yang mengklaim bahwa dia itu dari suku Minang. Dia diceritakan berasal dari Padang. Bedakan ya antara minang dan Padang. Tidak semua masyarakat Padang itu suku Minang. Sama seperti Jakarta, tidak semuanya dari suku Betawi kan? Apa yang bisa kita pelajari? Jangan jadi kerbau yang menurut saja jika dicucuk hidungnya. Kalo kita disodori sesuatu, jangan serta merta telan mentah semuanya. Pelajari dulu, Kaji dulu, Verifikasi dulu.. Okay?

CTB

Nah, balik ke review film nya nyok. Jujur, aku menonton film ini karena penasaran sama orang dibaliknya. Siapa lagi kalo bukan si jenius Hanung Bramantyo. Makannya aku bela-belain nonton sendirian nih film. Ya walaupun dari judulnya aja “Cinta Tapi Beda” udah bisa ketebak lah alur ceritanya. Tapi bukan Hanung namanya kalo ga bisa bikin film yang udah ketebak ceritanya tapi tetep bisa mengaduk emosi penonton.

Film ini bercerita tentang Cahyo, anak dari Pak RW dari Jogja yang sangat taat beragama. Cahyo di Jakarta itu seorang chef di Restoran Italia. Dia ini kemana-mana bawa sepeda, tapi bukan tukang siomay lho ya.

Nah, suatu saat dia ketemu cewe Padang yang jadi murid Tari Bu Lik nya. Namanya Diana, dari awal ketemu, si Cahyo udah tahu kalo Diana adalah penganut Katolik yang taat.Oh, bukan karena dia sempat berguru pada Dedy Corbuzier atau Pak Tarno. Bukan itu. Tapi ketauan ko dari kalung salibnya Diana.

Nah, yang jadi Diana ini si Agni Pratistha. Putri Indonesia tahun berapaa gitu ya.. Kesan pertama yang muncul dari dia itu giginya bro…. Rapi nya POL! Putih rapi dan senyumannya itu lho! Bungkus-able banget!!! (Kalo si cahyo, ga tau siapa yang meranin. Ga penting mikirin pemeran cowo. Masih ada kedamaian dunia yang jauh lebih penting! *padahal mah sirik aja ma Cahyo)

agni_pratistha

Nah, pas mereka ketemu si Cahyo kasih kotakan makanan ke Diana. Isinya Spaghetti yang cahyo masak sendiri. Ya teranglah Diana mau, coba kalo waktu itu yang ditawarin oseng-oseng ingus. Hmm.. Judul film nya mungkin bakal jadi “Cinta Tapi Jorok”. Hahahaha

Nah singkat cerita, mereka pun saling jatuh cinta. Bukan hanya sekedar cinta, tapi mereka merencanakan masa depan bersama. Mereka saling menghormati kepercayaan masing-masing tanpa ada intimidasi satu sama lain. Pas cahyo solat, sama si Diana ditungguin. Pas cahyo makan di rumah nya om Diana, dia dimasakin yang halal dengan alat masak yang beda pula. Oiya, di Jakarta si Diana tinggal sama om dan Tantenya. Tantenya Diana ini muslim.

Yang ganjil dari film ini, dengan kerjaan Cahyo yang cuma “chef” dia bisa tinggal di kontrakan yang mewah bener! Sama 3 temannya. Satu waiter, satu lagi penyanyi cafe. Tapi ga make sense aja gitu. Secara gaji chef di restaurant paling maksimal 4 juta itu dah tinggi. Lah dia tinggal di kawasan Kuningan dengan kontrakan yang paling ga sebulan bisa 20 juta. Yang paling masuk akal ya cuma HP nya Cahyo yang Nex**ian.

Tapi yang bikin Aku salut sama Cahyo, di tengah ketakutan akan restu orang tuanya yang Haji dua-duanya dia berani bawa si Diana ke Jogja buat dikenalin ma ortunya. Padahal, ortunya ngareeep banget si Cahyo bawa calon yang berkerudung, agama dan solatnya bagus. Kebayang dong gimana kecewanya mereka pas ketemu Diana. Eng Ing Eng.. Eaaaaaa..

Jujur kalo aku ada di posisi Cahyo, aku ga bakal punya keberanian segede dia. Beruntungnya Cahyo, Ibunya itu baik dan pengertiiaan banget. Pertama ketemu Diana padahal dia udah tahu Diana itu “beda” dari kalung nya. Tapi Ibunya tetep peluk si Diana, mengelus rambutnya dan bilang “Kamu Cantik Nak..”. Duh, Ibu yang luar biasa.

Beda sama Ibunya, Bapaknya justru terang-terangan nunjukin sikap ga setuju. Pake nyindir-nyindir segala pula. Bandingin ma anaknya Pak Ustadz yang berkerudung dll. Tapi emang bener sih, “Keturunan orang baik-baik adalah untuk yang baik-baik pula.”

Ini yang bikin Cahyo marah dan Diana sedih. Jadi ga lama mereka putusin balik ke Jakarta. Tanpa pamitan ke Bapaknya Cahyo.Masalah belum berenti sampe situ…

Ibu Diana dari Padang datang ke Jakarta. Dia kecewa berat pada Diana karena menjalin hubungan dengan si Cahyo yang “beda”. Ibu Diana ga mau Diana kayak kedua kakaknya yang diislamkan. Jadi dia mati-matian ngelarang Diana ketemu Cahyo. Kemana-mana dikuntiiit mulu. Udah ngalahin paspampres deh.

Asiknya film ini, Hanung ngangkat hal-hal yang ga ada di film lain. Kayak misalnya, Cahyo tuh sosok biker sejati. Kemana-mana naik sepeda ontel lengkap dengan helmnya. Bahkan sempat ada adegan dia naik sepeda ujan-ujan dari tempat kerjanya di Kuningan ke rumah om nya Diana di Bekasi bok! Kayaknya mas Hanung belum pernah lewat neraka kecil bernama Kalimalang nih. Beeehhh.. Dua tahun aku bolak-balik kuningan ke Bekasi naik sepeda motor aja cape. Apalagi ini naik sepeda ontel.

Dan Hanung ngangkat Tarian asli Indonesia kontemporer dengan Diana sebagai objeknya. Sebenarnya dalam satu schene saat Diana mementaskan tariannya yang berjudul dua hati, kalo kita jeli sebenarnya semua gerakan dari Tarian itu menggambarkan isi cerita film ini.

Oke lanjut, jadi Ibu Diana juga punya rencana mau ngejodohin Diana dengan Oka. Siapakah Oka? Tenang yang meranin Oka tuh bukan Budi Anduk ko. Yang meranin Oka tuh si Choky Sitohang! Ladieeesss sambutlah pria jomblo disini! Dan Oka adalah seorang dokter muda yang Ibu Diana ngrasa adalah sosok menantu ideal buat dia. Ga ideal gimana, udah ganteng, atletis, sopan, dokter pulak! Tapi tenang, film ini masih membela kaum marjinal bermuka pas-pas an. Dan Diana masih tetep ga bergeming tuh liat si Oka. Cintanya tetep buat Cahyo.

Diana berontak, dia kabur ke tempat Cahyo dan ngajakin nikah. Tapi eits! Ga semudah itu.. KUA di Indonesia, ga menerima pernikahan beda Agama. Jadi salah satu harus mengalah. Nah, masing-masing ga ada ni yang mau ngalah. Di saat itu, justru Ibu Diana tiba-tiba sakit parah dan dia harus balik ke Padang meninggalkan Cahyo. Sendiri.

Bab baru pun dimulai. Diana mencoba membuka hati untuk Oka yang kebetulan menangani kesehatan Ibunya. Sementara Cahyo pulang ke Jogja untuk menata hatinya. Mencari Istri yang dalam bahasa Jawanya adalah Garwa. Garwa itu singkatan dari Sigarane Nyawa alias belahan jiwa.

Lantas apakah cerita berhenti sampai sini? Kalo berhenti sampai sini mungkin aku tuntut Mas Hanung balikin 25rb duit tiketku kali ye. Tenang, mas Hanung masih punya penutup yang oke banget di akhir film. Penasaran? Nonton sendiri ajah. Kalo masih ada tapi ya.. Hahahahaha

Walaupun dari segi cerita, film sudah tertebak jalan ceritanya, tapi ga buat film ini jadi garing. Di Indonesia setauku udah ada dua film yang cukup sukses mengangkat kisah cinta berbeda agama. Ada film Cin(T)a dan 3 hati 2 Dunia 1 Cinta. Tapi Cinta Tapi Beda tetep mengaduk-aduk perasaan penontonnya terutama wanita. Penonton cewe di sebelah kanan dan kiriku, dari tengah film sampai selesai sesenggukan muluuuu. Meweeeek mulu…Entah karena kakinya keinjek temennya atau duitnya habis buat beli popcorn. Tapi film ini sukses mengaduk perasaan mereka.

Dari segi sinematografi film ini keren. Bisa ngambil gambar-gambar tarian Indonesia kontemporer yang apik. Kebudayaan dan Kebhineka an Indonesia dapat di capture dengan baik oleh Mas Hanung. Kalau kita jeli, akan ada beberapa scene sunset yang baguus banget! Buktiin deh.

Musik dan Dialog yang ada di film ini juga pas! Musiknya ngena, dialognya juga cerdas. Ga bertele-tele tapi lugas dan efektif. Akting Diana dan Cahyo layak dipuji mengingat mereka new comer di dunia perfilm an Indonesia.

Tapi sayangnya, film ini masih kosong dari nilai-nilai dan pesan positif untuk anak muda. Tidak ada pesan yang kuat dari sisi religi nya. Jadi kalo cari pesan yang sarat muatan agama, salah alamat kalo nonton film ini.  Walaupun ya harus kita akui, ga ada yang sempurna di dunia ini.

Oia, kalo ada kontroversi mengenai “Wah, film ini mengkampanyekan pernikahan beda agama!!!” Trust me, ga ada satupun adegan pernikahan beda agama dalam film ini. Jadi sekali lagi tuduhan ngawur itu mentah.

Namun apakah aku mendukung pernikahan beda agama? Jawabannya GA! BIG NO! Sudah jelas dalam Islam ga ada yang namanya pernikahan beda akidah (Beda Agama). Kalo nekat datang ke KUA, ya ujung2nya juga diusir juga sama penghulunya. Wong di indonesia nikah beda agama itu ga boleh ko.

Tapi untuk menghormati teman dari agama lain, itu sudah wajib. Islam membawa kedamaian, bukan permusuhan dan kekerasan. Toleransi wajib ditegakkan. Tirulah Rasul dalam memperlakukan teman-temannya yang berasal dari agama berbeda. Lakum Dinnukum Waliyadin..

CEO Inspirator Academy, penulis 6 buku, co-writer 17 buku artis, pengusaha, dan trainer.

Belajar Bisnis Dari Drakor Seru Abis

Sebagai penulis, melahap film dari berbagai genre adalah kebutuhan bagi saya. Membanjiri pikiran dengan ide ide baru, pembelajaran dan inspirasi dengan cara yang menyenangkan. Jadi itulah kenapa saya ga fanatik terhadap satu jenis genre film….

Transformasi Radikal Qyta Trans

Pandemi Covid 19 keras menghantam banyak lini. Wabah tentunya menyerang sisi kesehatan, namun ada sisi lain yang juga terhantam tidak kalah telak. Apalagi jika bukan sisi ekonomi. Semua pelaku usaha, mulai dari level kakap sampai…

Review Film Ghost Writer

    Ghost writer yang mereview film ghost writer. Akhirnya, setelah sekian lama bisa nge blog lagi. Dan, kali ini edisi khusus karena saya akan me review sebuah film. Karena biasanya untuk blog ini, review…

Cerita Dari Dirigen Oli Bekas

Cerita Dari Dirigen Oli Bekas Beberapa hari yang lalu mungkin teman-teman tahu bahwa saya menginisiasi donasi untuk membantu seorang anak bernama Latif. Sebuah video viral di social media memperlihatkan dia sedang dipaksa menyiram oli bekas…

Kios Untuk Ayah

Apakah benar hidup bermula di usia 40 tahun? Banyak sekali yang berkata kepada saya demikian. Bisa jadi ada benarnya, bisa jadi tidak berlaku bagi sebagian besar orang. Coba lihat sekeliling kita saat ini, apakah saudara…

6 comments

    Dan sayangnya film ini berakhir tanpa akhir.. Alias Gantung.. Satu setengah jam perasaan diaduk-aduk, dan berakhir dg no ending.. Hufttt banget lah..

    Oiya, Cahyo diperankan oleh Reza Nangin..

    yg punya kasetnya mau dong :) 😀

    maaf yaa, sebelumnya mau minta maaf,, klo nikah beda agama itu cuma di INDONESIA aja yg ribet dan gaak bisa, sama juga sii di negara2 agama lainnya
    hehehe makasih :)

Leave a Reply to Bojesz Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *