Dilan 1990 . Menulis Cerpen Atau Novel Based On True Story? Ini Resikonya!

Foto diambil dari sini

Ketika membaca ini, apakah kamu termasuk salah satu dari 4.000.000 penonton yang sampai hari ini sudah menonto Film Dilan 1990? Atau baca novelnya?

Sampai sekarang baik novel dan filmnya masih laris manis. Dan bisa jadi, beberapa hari ke depan filmnya bisa memecahkan rekor penonton di Indonesia.

Dibalik segala kesuksesannya mengambil hati banyak insan manusia, Dilan 1990 sudah tentu menimbulkan pertanyaan di benak para penonton atau pembacanya. Ini cerita yang ditulis Pidi Baiq kisah nyata bukan ya? Siapa Dilan dan Milea di dunia nyata?

Pidi Baiq sendiri sudah mengonfirmasi bahwa cerita tentang Dilan terinspirasi dari kisah nyata. Lalu kita pun sudah menemukan siapa sosok Milea, walaupun hanya di dunia maya. Sebuah akun twitter @MileaAdnan dipercaya sebagai sosok Milea asli. Nah, terus Dilannya siapa donk? Banyak isu santer yang beredar bahwa sosok Dilan adalah sosok Pidi Baiq sendiri? Benarkah? Walllahualam, sampai sekarang Ayah Surayah belum memberikan jawaban yang clear.

Nah, untuk kamu yang mau menulis cerpen atau novel based on true story, di tulisan ini saya akan menjelaskan beberapa resiko yang akan kamu terima.

Well, ini saya ambil dari pengalaman sendiri. Pengalaman dari menulis kumpulan cerpen Jodoh Untuk Langit yang alhamdulillah cukup laris di pasaran. So, here we go!

JUL wirdha

1. Yang paling harus kamu pahami, ketika kamu menulis cerpen atau novel, itu adalah bentuk karya fiksi. Fiktif. Sedekat apapun cerita yang kamu tulis dengan fakta yang ada, orang lain yang merasa dirinya jadi objek tulisanmu tidak bisa menuntutmu. Artinya, tidak ada konsekuensi hukum karena fitnah atau apapun itu. Karena sekali karya fiksi, maka isi dari cerita itu adalah buah dari imajinasi penulisnya. Tidak ada hukum yang bisa menjerat hasil imajinasi bukan?

Inilah alasan kenapa banyak penulis mengungkapkan sebuah fenomena, kontroversi, atau rahasia melalui cerita fiksi. Melalui cerpen atau novel. Yang cukup fenomenal misalnya Dan Brown dengan Da Vinci Code seriesnya. Banyak orang percaya bahwa apa yang dia tuliskan adalah sebuah realita yang sedang terjadi di dunia. Dan itu bisa membuat banyak pihak merasa tidak nyaman dengan tulisannya.

Tapi, sekali itu fiksi maka penulisnya akan tenang-tenang saja. So, ini adalah cara paling aman untuk mengungkapkan fakta dan realita.

Pengalaman saya di Jodoh Untuk Langit pun begitu. Saya mengakui bahwa apa yang saya tulis, bassed on true story. Tapi ga 100 persen. Kalau 100 persen, jadinya curhat donk. Tapi karena itu adalah cerpen, pastinya banyak bumbu dan elemen pendukung lain yang ditambahkan agar alurnya membuat pembaca merasa ga nyesel bacanya.

 

2. Bersiaplah jika pembaca kepo! Ini adalah resiko yang akan mengusik penulisnya. Pembaca yang militan, pasti akan mencari-cari. Ini tokoh A dalam ceritamu siapa ya? Ini lokasi kejadiannya pasti di sini nih! Oh, ternyata si anu toh yang selama ini digalauin..

Dan berbagai ekspresi sok paling paham rahasia dunia lainnya akan muncul.

Kita harus siap terhadap respon semacam itu. Saya pun mengalaminya, dan ketika ada yang mencoba memunculkan teori konspirasi versinya tentang cerpen saya, saya hanya tersenyum dan berkata ; “Silakan terjemahkan sendiri. Sekali lagi itu cerpen. Bukan gosip atau curhat.”

Yang kadang bikin ga enak adalah ketika pembaca mulai ngepoin dan mengganggu orang-orang disekitar kita yang mereka anggap itu tokoh yang ada dalam cerita kita. Walaupun lebih banyak kejadiannya adalah kesoktahuan pembaca itu salah sasaran. Siapin permintaan maafmu untuk orang tersebut ya.

 

3. Akan ada banyak pihak yang keganggu! Definitely yes! Apalagi kalau tokoh antagonis dalam ceritamu di dunia nyata memang sejahat apa yang kamu ceritakan. Walaupun misalnya nama sudah disamarkan, pasti akan ada orang dengan kadar GR seolah-olah dialah pusat semesta akan merasa tersindir, terfitnah, dan tercemarkan.

Satu hal yang pasti sih, kalau mereka merasa seperti itu, berarti memang di dunia nyata mereka memang sejahat tokoh antagonis di ceritamu. Dan sekali lagi, itu bukan urusanmu. Ketika kamu menyatakan bahwa tulisanmu adalah fiksi, tidak ada yang bisa menyentuh kamu dari sisi hukum.

Itu kondisi idealnya ya. Tapi jika yang kamu angkat adalah orang-orang yang punya kekuasaan di negeri ini, bisa jadi kondisi ideal itu tak terjadi. Sama seperti sastrawan-sastrawan kita di masa lalu yang banyak ditangkap dan dibuang pemerintah.

 

Giling! Nulis fiksi aja ada banyak kali resikonya. Ya, semua hal, bahkan tidur sekalipun itu beresiko ko. Jadi, lanjutkan saja apa yang menurutmu benar.

Dan saya pun dengan sadar dan sepenuh hati akan menerima resiko di atas, karena project cerpen saya selanjutnya, Subuh Dari Langit ( yang akan segera open PO di Instagram @briliagung ) pun mengangkat cerita yang terinspirasi dari cerita nyata. Dimana antagonis dalam cerita itu memang parah kelakuannya di dunia nyata. Padahal di dunia nyata, jauh lebih gila dan parah.

WhatsApp Image 2018-01-31 at 5.53.42 PM

Pada akhirnya ssaya harus mengakui bahwa segila-gilanya sebuah cerita fiksi, jauh lebih gila dunia nyata yang kita huni.

 

Brili Agung

6 Februari 2018

Resign Dari Menulis

Resign dari menulis? Bulan ini saya banyak ketemu orang-orang luar biasa. Salah satu partner sekaligus mentor bisnis, suatu waktu pernah meminta izin untuk menghitung valuasi salah satu perusahaan yang saya miliki, Inspirator Academy. Hasilnya membuat…

Alien Dalam Dunia Penulis (Tere Liye)

Tere Liye

Saya tidak kaget dengan heboh pernyataan Bang Tere Liye kemarin. Karena saya mengikuti pemikiran sekaligus langkah yang ditempuhnya soal keadilan bagi penulis. Termasuk audiensi yang saya lakukan Maret lalu kepada Pak Hestu Yoga selaku Direktur…