Transformasi Radikal Qyta Trans
Pandemi Covid 19 keras menghantam banyak lini. Wabah tentunya menyerang sisi kesehatan, namun ada sisi lain yang juga terhantam tidak kalah telak. Apalagi jika bukan sisi ekonomi. Semua pelaku usaha, mulai dari level kakap sampai level UMKM terpengaruh dampaknya. Memang ada beberapa sektor yang justru mengalami momentum kenaikan, namun hanya segelintir saja. Secara global, semuanya sedang diuji krisis. Pilihan pengusaha saat ini dua. Terus bertahan hidup, atau menyerah kalah. Dan cerita saya kali ini adalah cerita nyata pilihan pertama.
Bagi orang Purwokerto atau Cilacap, nama Qyta Trans pasti sudah familiar. Menggebrak dengan sistem travel jarak dekat Purwokerto – Cilacap menggunakan armada Alphard, namanya cepat sekali naik daun. Hingga menambah trayek sampai ke Semarang. Saking pesatnya pertumbuhan bisnisnya, pendiri Qyta Trans memutuskan resign dari pekerjaannya. Pekerjaannya pun bukan main-main. Beliau sudah ada di pangkat Kompol di Polda Jateng. Pak Gusman Fitra namanya.
Ketika sedang berada di momentum manis kenaikan bisnisnya, BUM! Badai Covid 19 datang. Kebijakan libur kuliah dan social distancing menghantam telak bisnis transportasi. Dan travel terkena dampak paling depan. Qyta Trans memiliki 300 an karyawan dan 130 armada lantas memutuskan parkir total. Apa mereka menyerah?
Tidak. Pak Gusman Fitra, mengambil langkah radikal dalam menyelammatkan nasib karyawan yang menggantungkan periuk nasi pada Qyta Trans. Dia langsung mengambil 10 Ton rempah-remah (Jahe, Kunir, Serai, dll) dari bengkulu untuk didatangkan ke Purwokerto. Dia buka divisi rempah dan perjamuan. Sehingga semua karyawannya termasuk drivernya “dipaksa” pula untuk bertransformasi. Mereka dikaryakan serempak untuk memproses dan berjualan rempah-rempah. Selain gaji pokok tetap dijamin, mereka pun dapat bonus penjualan dari rempah yang mereka jual.
Saya mengetahui kisah ini dari update story WA seorang sahabat baik yang sekarang menjadi salah satu Manajer Qyta Trans. Sejak pandemi berlangsung, dia sering update tentang kreatifitasnya menjual Jahe. Mulai Jahe Merah, Jahe Gajah, hingga Jahe emprit. Kampanye jualannya pun penuh dengan keceriaan dan hal hal positif. Mulai dari menggunakan tiktok, hingga tips sehat yang dikemas komedi. Mulai hari itu saya memutuskan jadi fans garis lucunya mas Wisnu dan berlangganan rempah darinya.
Usaha lain memilih meratapi, tapi Qyta trans dan kru nya memilih menari. Ya, mereka tengah menari dan berdansa dengan irama pandemi. Mereka memutuskan terus bernapas dan bertahan hidup. Tidak ada kata gengsi, apalagi kata mati. Dari transformasi radikal ini, Qyta trans mampu memutar roda bisnisnya dan ratusan karyawan yang dihidupinya.
Angkat topi untuk secangkir hangat jamu inspirasi dari bisnis transportasi satu ini. Semoga kisah ini makin menguatkan kita, bahwa akan ada musim semi setelah pandemi.
Insyaallah di musim pandemi ini, saya akan sering berbagi inspirasi dalam pandemi dengan series #SemiPascaPandemi di briliagung.com dan Instagram @BriliAgung.
Purwokerto, 03 April 2020
One comment
so inspired..