Review Film Sejujurnya Habibie & Ainun
Review Film Sejujurnya Habibie & Ainun
Hayoo, udah pada nonton film asli Indonesia yang berkualitas satu ini belum? Yak, film Indonesia emang akhir-akhir ini lagi mulai menggeliat lagi. Ngulet ngulet manja. Kemarin film 5cm. Baru tembus 1 juta penonton hanya dalam waktu 9 hari setelah penayangan. Dan baru kemarin lahir kembali satu film yang ga kalah Oke.
Habibie dan Ainun
Pertama kali muncul iklan tentang film ini di bioskop, langsung udah ketebak ini film akan berjalan seperti apa dan akan berakhir seperti apa. Jujur, keinginan ku untuk akhirnya nonton film ini lebih karena salah satu sutradaranya adalah om Hanung dan pemeran utama laki-lakinya adalah bang Reza Rahardian. Pasti akan ada sinematografi yang ciamik dan bukan sekedar asal-asalan film. Tapi tetep ada saja hal-hal yang menggagu dari film ini. Seperti konyolnya iklan-iklan yang sangat massif ditonjolkan disini. Hingga menampar akal sehat. Ya kali ada Gery Chocolatos di tahun 80an. Dan plis deh, tahun 90 an udah ada aja gitu Gerbang Tol Otomatis… Dan akan banyak sekali detail yang terlewat di film ini. Detail yang membuat film ini sedikit ganjil di beberapa scene. Tapi inilah review nya. Review sejujurnya..
Scene pertama film ini mengambil settingan masa lalu saat Habibie dan Ainun masih SMA. Menceritakan bahwa ternyata memang jodoh itu sudah memiliki tanda-tanda. Banyak kesamaan diantara mereka berdua. Sebanyak perbedaan yang ada di dalamnya. Adegan yang cukup menggelitik adalah saat Habibie meledek Ainun dengan kata-kata “Gula Jawa”. Serta menganalogikan gula jawa sebagai gendut, item, dan jelek. Tapi aku rasa saat itu Habibie memang udah ada rasa sih ma Ainun. Jadi ceng-ceng in nya pake gula jawa. Kan Gula jawa walaupun gelap, tapi manis dan natural. Kalo Habibie bener-bener ga suka sama Ainun, harusnya ngledekinnya pake kata lain, “Aspartame” misalnya. Udah palsu, bisa jadi pemicu kanker pula.
Dan yang aku suka, penggambaran kejeniusan Habibie disini digambarkan dengan cara yang simple sehingga penonton akan tahu kalo sebenernya dia memang jenius tanpa harus terlalu banyak dijejali rumus-rumus membingungkan. Aku aja rumus fisika dari SMA yang masih ingat itu cuma S= V x T. Yang artinya Kesuksesan hubungan jarak jauh sesorang ditentukan oleh kecepatannya memberi kabar dan intensitas waktu berapa kali dalam sebulan ia pulang. #Yakali
Dan ada humor di film ini dikemas dengan cara yang asik. Segar dan tidak garing. Salah satunya adalah saat ada 6 orang pemuda tajir melipir datang bareng-bareng ke rumahnya Ainun buat ngajak jalan. Dah rapi-rapi, ada yang pake jas, setelan kemeja klimis, bahkan pake seragam yang menurutku lebih mirip seragam satpol PP. Semua bawa mobil dan pamer pendidikan tingginya. Tapi mereka cuma dapet teh hangat yang Ainun bikin sendiri plus jakpot ngobrol intens dengan….. Buapaknya Ainun! Hahaha. Sedangkan Habibie yang cuma naik becak dan pake kemeja sadanya begitu datang, bapaknya sendiri yang nyambut keluar dan Ainun tanpa ba-bi-bu langsung deh ngegandeng Habibie keluar meninggalkan ke 6 pemuda tadi dengan ekspresi melongo tak tertahankan. #FreePukPuk buat para pemuda itu. Dan itu adalah PukPuk Moment pertama.
PukPuk Moment kedua menimpa Tukang Becak yang mengiringi Habibie dan Ainun berkencan. Gimana tukang becak ini ga layak dapet puk-puk kalo sepanjang jalan cuma jadi pendengar setia obrolan romantis mereka berdua. Bayangkan saudara-saudara, ujan-ujan, malem, ngayuh becak yang diisii dua orang, dan masih harus ngedengerin gombalan-gombalan pasangan yang mau ga mau harus kita denger coba. Ya, aku merasakan bagaimana penderitaanmu kawan. #FreePukPuk buat abang becaknya.
Satu lagi yang bikin salut dari film ini adalah penggarapan setting tempat yang benar-benar di garap serius. Penonton seperti dibawa ke Bandung tahun 50an kembali. Mobil-mobil antiknya, rumah tuanya, dan life style nya. Patut dapet acungan jempol mengingat Bandung yang macetnya audzubillah akhir-akhir ini.
Sampai pada adat pernikahan ala Jawa yang di gunakan Habibie saat wedding partinya dengan Ainun. Yang aku suka adalah saat Habibie dan Ainun saling lempar bunga melati. Menginspirasiku kalo nikah nanti bunga melatinya aku ganti pake Buah Duren ah.. Lebih besar, lebih wangi, dan pastinya lebih berkesan… Ah, romantisnya.. :’) #RomantisDengkulmu
Kerennya film ini juga bisa membawa kita liburan gratis ke Aachen, Jerman tempat Habibie menimba ilmu dan memboyong keluarganya. Pengambilan gambarnya te sekali lagi memanjakan mata kita. Ceritanya, setelah menikah Habibie membawa Ainun ke Jerman dengan segala keterbatasannya saat itu. Pengorbanan yang luar biasa dari seorang ainun. Dia mengorbankan kariernya sebagai dokter dan kehangatan kasih sayang Ibu Bapaknya demi menemani Habibie. Dan Habibie pun membayarnya lunas dengan sebuah janji menjadi suami terbaik yang dia tepati.
Hidup serba kekurangan di negeri orang itu ga mudah kawan. Tiada satupun yang bisa dijadikan tempat bergantung. Jauh dari siapa-siapa. Kalau tidak ada partner yang saling menguatkan, mungkin mereka sudah mati perlahan. Habibie sempurna untuk Ainun, dan Ainun sempurna untuk Habibie.
Mimpi Habibie untuk membuktikan bahwa putra-putri bangsa pun bisa berpresatsi di mata dunia akhirnya terwujud saat seorang om-om (yang aku lupa namanya) memanggilnya kembali ke Indonesia untuk membangun IPTN. Maaf ya Pak, aku sebut om-om. Habis dandannya ajaib sih. Pake syal, kacamata berwarna, menghisap cerutu, serta gaya duduk yang cara bicara yang kagak nahan cyiiinnn… tapi makasih lho saat itu udah bawa Habibie balik ke Indonesia.
Di Indonesia dengan cepat pengaruh kuat Habibie cepat sekali mendapat simpati publik bahkan sampai Om Soeharto pun takjub. Cita-cita mulia ditambah kejeniusannya mengaplikasikan rencananya menjadi #jleb moment disini. Sebagus-bagusnya rencana, kalau pelaksanaannya nol maka itu akan berakhir menjadi angan-angan belaka. Habibie menunjukan kepada kita tentang kuatnya Impian yang dipadukan dengan perbuatan. Impian ada, pengerjaannya pun serius. Maka hasilnya voila! Pesawat gatot koco alias pesawat pertama yang di buat oleh anak-anak bangsa. Tapi tetep ya bejatnya pejabat-pejabat Indonesia memang sudah mengakar kuat sejak dulu. Perilaku culas, ancam-mengancam, membawa-bawa backing kuat, penyuapan dengan berbagai cara juga dimunculkan di film ini. Dan lucunya Om Hanung sendiri yang bawain tokoh antagonisnya. Berperan sebagai salah satu trah cendana, dia mencoba menyuap habibie untuk memenangkan tender perusahaannya. Agak-agak malu juga ama kelakuannya sih.
Oiya, saat membangun pesawatnya Ainun dan tiga anak Habibie ditinggal di Jerman. Dan saat Habibie diangkat menjadi menristek, lagi-lagi Ainun harus berkorban untuk kedua kalinya. Dia mengorbankan karir dokter nya di Jerman untuk mendampingi Habibie di Indonesia. *Angkat topi untuk Bu Ainun. Romantisme mereka disaat senjanya, ga kalah sama abegeh –abegeh lho. Cemburu-cemburuan, ngambek-ngambekan, foto-foto di toilet mall (Ah, kalo yang ini ngarang aja).
Habibie yang karir politiknya semakin cemerlang hingga menjadi wakil presiden untuk kemudian menjadi presiden hanya dalam waktu beberapa bulan mengajarkan kita banyak hal (lagi). Ya, semakin tinggi pohon maka semakin tinggi pula badainya. Fitnah, intrik politik, dan tudingan kejam tak pelak menimpa Habibe. Untuk itulah Ainun ada. Menjadi penjaga sekaligus pendamping terbaik untuk Habibie. Habibie yang orang IPA harus bergelut mati-matian mempelajari ekonomi karena kondisi rupiah yang jatuh saat reformasi terjadi. Tidur hanya satu jam sehari dan yang ia dapatkan justru demo-demo yang menuduhnya korupsi. Dari kejadian itu kini kita paham jika kita itu sebenarnya terlalu mudah percaya isu-isu televisi. Entah sesat atau benar kita telan mentah-mentah. Sehingga ga heran orang-orang luar biasa jenius seperti Habibie dan Gus Dur saat memimpin pun ga tahan. Ya siapa yang tahan, kerja kerasnya dan kecerdasannya hanya dihargai demo-demo salah alamat. Setelah mereka lengser, baru deh kita menyesal. Menyesal setelah mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi di baliknya. So guys, sekali lagi hati-hati dengan isu-isu di TV. Jangan ditelan semuanya.
Singkat cerita, saking kuatnya Bu Ainun, kanker pun ia tahan dan sembunyikan dari suaminya. Ia sadar, kalau ia lemah bagaimana nanti dengan suaminya? Karena Bu Ainunlah sebenarnya sumber energi Habibie selama ini. Bagaimana perjuangan seorang istri yang diselingkuhi oleh jabatan serta tahta sang suami namun ia masih bertahan dan justru bertambah besar cintanya. Satu teladan yang akan sulit ditemukan sekarang ini.
Semuanya terlambat ketika Habibie memutuskan untuk mengundurkan diri sebagai Presiden. Hanya menikmati beberapa minggu kebersamaan dengan Ainun akhirnya kenyataan pahitlah yang membawanya menapak lagi di Bumi. Kangker Ovarium Ainun yang sudah mencapai stadium 3. Usaha Habibie untuk menyembuhkan Ainun dengan dokter terhebat, peralatan tercanggih di Jerman pun ia lakukan. Jangan kaget kalau nanti dokter dari Jerman yang menangani Ainun mengingatkan kita pada Datuk Maringgih. Aku aja sempet linglung ini film siti nurbaya atau Habibie Ainun saking miripnya. XD
Saat inilah momen yang mengharukan. Dimana Habibie yang begitu mencintai Ainun tak bisa berbuat apapun untuk menyelamatkannya dari maut yang menjemput. Berkali-kali operasi tak banyak menolong. Ya, akhirnya Bu Ainun meninggal dunia dan meninggalkan penyesalan luar biasa untuk seorang Habibie. Habibie yang telah menggadaikan waktu-waktu spesialnya bersama Ainun demi Indonesia. Demi mimpi dan cita-cita luhurnya. Kita mungkin belum sampai taraf itu, namun kita kembali diingatkan bahwa hidup memang pilihan. Hak kitalah yang menentukan kemana arah hidup ini kan dibawa.
Setelah nonton, selain pesan moral yang kuat, rasa nasionalisme kita pun akan terangkat. Heroisme dan rasa legowo seorang Habibie yang harus miris melihat pesawat kebanggaannya sekarang tenggelam dan teronggok begitu saja. Buah dari masyarakat yang gampang lupa dan pemerintah yang suka alpha. Bagaimana sakit hati seorang Habibie yang telah mengorbankan hampir seluruh hidupnya, mengorbankan waktunya dengan keluarga, demi mencipta sebuah pesawat dengan label kebanggan Indonesia. Yang pada akhirnya pesawat yang sudah mati-matian tercipta itu hanya teronggok berdebu begitu saja. Hanya mendapat sorak sorai pada zamannya. Dan kemudian terlupakan selamanya.
Overall film ini aku kasih 7.5 / 10 . Luar biasa untuk Mas Reza yang pastinya latian berbulan-bulan untuk mendalami karakter Habibie dengan cara bicara dan tertawa yang tidak biasa. BCL juga sudah cukup matang menampilkan Ibu Ainun walau dengan make-up yang kurang maksimal menunjukan usia dari Bu Ainun. Good job! Film Indonesia memang luar biasa!
6 comments
asli kakak review filmnya bahasanya ngocol abis…. bikin g bosen baca blog kaka ^_^
Ah, kau benar adikku. Saya memang belum nonton!
Review-nya asyik bin ngocol.
Waktu nonton trailernya, saya rasa miscasting untuk Reza dari segi fisik.
Tapi untuk akting, he is the best!
Thanks, review ini sangat membantu.
Setidaknya, nikmati keindahan emosi dan mengenal Habibie-Ainun lebih dekat pada romansanya.
Reza Rahardian is the best actor in Indonesia , akting2nya sungguh teaterikal
Aktingnya gokil! Sampai sorot matanya Pak Habibie aja dia bisa meranin
Directornya bukannya faozan rizal ya? Ah mungkin saya yg bodoh
Betul sekali…