Melampaui Batas Nyali di Tolitoli

Rasanya seperti sebuah keajaiban, kaki ini justru pertama kali menginjakkan telapaknya untuk waktu yang lama justru di sebuah kabupaten di Sulawesi Tengah, Toli-toli. Suatu keajaiban pula mulut dan raga ini bisa berbagi inspirasi di Sulawesi, justru di ToliToli.
Hey, jangan bayangkan tolitoli itu seperti layaknya Makassar atau Manado. Tolitoli adalah sebuah kabupaten di Sulawesi Tengah yang memang namanya kalah ngetop dibanding Poso. Kalau dengan Palu, wajar karena Palu adalah ibukota Provinsi. Akses ke Tolitoli berjarak kurang lebih 600 km dari Palu. Ada berbagai macam alternatif kendaraan untuk mencapainya dari Palu. Tapi atas rekomendasi teman-teman, aku memilih jalan darat yang jika perjalanan lancar, bisa ditempuh normal 12 jam.
“Wah, ini namanya mudik kepagian” pikirku.
Ini seperti sebuah tantangan tersendiri bagiku. Panitianya saja sanggup menembus segala resiko untuk mendatangkanku dari Jakarta. Dengan hanya waktu persiapan 19 Hari! Pemuda pemudi yang geliatnya jauh dari hingar bingar kebisingan kota-kota besar di Indonesia berani membuat sebuah breaktrough! Buat kalian yang ada di kota besar, mungkin acara motivasi yang mengundang public speaker terkenal itu udah biasa.. Tapi ini di Tolitoli man,,,
Saat itu aku belum mengetahui bagaimana cerita dibalik kenekatan mereka. Tapi aku yakin ini pasti luar biasa.. dan aku tak sabar untuk menantinya..
Dari Palu aku dijemput langsung oleh Bapak dari inisiator acara ini, mba Suci. Kebetulan beliau memang bekerja di Palu dan ada jadwal pulang ke Tolitoli weekend ini. Kami berangkat rombongan berlima dalam Innova menuju Tolitoli. Jalannya memang tak seluas jalan Nasional di Jawa. Walaupun namanya Trans Sulawesi, lebar jalan hanya sekitar 5 meter. Walaupun beraspal namun aspalnya masih kasar dan ada perbaikan jalan disana-sini. Beruntung, kondisi jalanan sepi sehingga mobil bisa meluncur cepat. Jarak 600 km, jalanan yang benar-benar lurus bisa dihitung dengan jari. Sisanya berkelak-kelok dan naik turun perbukitan. Yang membuat perjalanan ini menyenangkan adalah jalan pantai barat yang kami lewati beriringan dengan pemandangan Laut Sulawesi yang eksotik.

Pukul 16.00 aku terbangun sejenak dan melihat sepintas tulisan “Kab. Tolitoli”. Wah, pasti ini sudah dekat. Maka akupun bertanya “Pak, sudah dekat ya kita?”
“Ya, sedekat 200 km lagi mas..”
Kalo ini adalah komik jepang, pasti udah ada biji keringat sebesar I-pad di wajahku. Ya bayangin aja! Udah satu kabupaten tapi jaraknya masih 200 km aja. Kurang lebih masih 3-4 jam perjalanan. Bandingkan kalo di Jawa.. 3-4 jam perjalanan itu sudah bisa melampaui 4 kabupaten. Aku ambil perbandingan perjalanan dari purwokerto ke Jogja yang menempuh waktu 4 jam. Itu sudah bisa melewati Banyumas, Kebumen, Purworejo, Kulonprogo, dan Wates! 5 kabupaten! Ini, satu kabupaten aja belum habis.. Ga heran kalo misalnya disini banyak pasangan LDR. Walaupun ada dalam satu kabupaten tapi apa daya , jarak ratusan kilo lah yang berbicara.
Akhirnya matahari pun kembali ke peraduannya. Tandanya? Maghrib tiba dan inilah saat berbuka! Mobil menepi di sebuah warung makan. Makanannya sudah kuduga! Tidak jauh dari ikan segar. Dan memang ikannya benar-benar segar kayak es kelapa muda jam 5 sore pas puasa di depan mata. Ditambah lagi lidahku juga terpuaskan dengan dessert khas Sulteng, Kue Tetu namanya. Ciri-ciri kue ini Putih, Manis, dan Lembut.. coba kalo ditambah setia, seagama, dan direstui orang tua nya.. Hmmm…
Setelah selesai berbuka dengan sukses dan paripurna, akhirnya kami melanjutkan langkah kami melalui empat roda berbadan besi lagi. Aku melirik jam tanganku, tepat pukul 21.30 mobil merapatkan rodanya di Hotel Bumi Harapan, Toli-Toli. Disana kami sudah disambut 3 dara cantik. Mba Suci, Mba Laras, dan keponakan kecilnya bernama Rana.

Malam itu kami tak banyak bertukar cerita. Hanya mengobrol sedikit ala kadarnya. Rasanya mata ini sudah tak sanggup lagi mempertahankan kedigdayaannya. Sekitar jam 21.30 aku pamit untuk beristirahat. Besok, training nya akan mulai pukul 16:00. Sekalian buka puasa bersama katanya.
Sabtu pagi hujan deras mengguyur kota cengkeh ini. Ditambah beberapa kali mati lampu, perpaduan yang pas untuk menahan raga keluar dari peraduan. Tapi karena lokasi Training ada di hotel yang sama, akupun beringsut untuk menengok aula yang ada di lantai dua.
Benar saja, disana sudah berkumpul beberapa orang panitia yang sedang sibuk membereskan kursi dan memasang banner. Sekali lagi aku terperangah, saat melihat di banner itu ada mozaik foto wajahku. Great! Panitia memakai wajahku sebagai logo acara mereka..

Aku memberikan sedikit masukan kepada Panitia demi kelancaran acara. Terutama untuk penataan layout, agar training nya bisa maksimal.
Tepat jam 12:00 hotel terkena pemadaman bergilir.. Semoga tidak berlangsung lama, doaku. Namun hingga pukul 15.00 ternyata pemadaman nya masih tetap awet dan semakin memacu adrenalinku. Waduh, presentasi yang sudah kubuat bisa-bisa tidak kutampilkan ini.. Tapi bagiku, slide hanyalah alat bantu. Pertunjukan utama nya tetap Aku. So, apapun yang terjadi.. The Show Must Go On!
Alhamdulillah, tepat pukul 15:30 listrik kembali menyala. Bergegas aku ke aula dan meminta bantuan beberapa panitia untuk membantu cek proyektor dan check sound. Everything looks good!
Jam 16:00 Aula sudah mulai padat. Surprisingly,,, kenapa semua yang hadir Cewe?
Alhamdulillah, menginjak pukul 16:15 sudah ada peserta cowo walaupun hanya beberapa. Dan tepat pukul 16:30 MC mulai membuka acara. Bela dan Sarah namanya. Duaduanya masih fasih memakai seragam putih abu-abu. Aku taksir peserta yang sudah duduk manis di Aula sekitar 120an orang. Wow, its a big number for this small place.. Amazing!

Saat namaku dipanggil dan aku berlari ke depan, baru pertama kali ini dalam hidupku teriakan histeris membahana dari penjuru ruangan. PECAH!
Dalam hati aku berpikir “Wah, jangan-jangan mereka mengira ini konser musik lagi..”
BANG! Aku langsung memulai sesiku dengan membakar antusiasme peserta yang telah terbakar. Melihat tatapan mereka yang tak pernah lepas, posisi duduk yang begitu khidmat, insyaallah Ilmu sore hari itu tentang Vision, Action dan Passion bisa melekat jelas di memori. Dari ketawa, nangis, ngakak .. semua telah mereka lewati sore itu.

Tepat 5 menit sebelum waktu berbuka, aku menutup training sore hari itu dengan meminta seluruh ruangan menyanyi lagu D’masiv “Jangan Menyerah” bersama..

Alhamdulillah,, lega rasanya memuaskan dahaga ilmu para pemuda hebat ini. Selesai solat maghrib, sebenarnya aku ingin menikmati hidangan berbuka dengan lega. Namun takdir berkata lain, ternyata antrian untuk berfoto bersama sudah mengular.
“Baiklah… Kaledo… sabar ya,, Aku pasti datang untuk menyantapmu..”

Melihat antusiasme mereka, akupun mengusulkan malam ini jam 9 kita adakan lagi sesi ngopi-ngopi lucu bagi yang mau dan bersedia. Agar obrolan bisa lebih bebas dan lepas. Mereka setuju akupun terharu.
Keseruan jilid ke-2 pun meledak malam itu di sebuah warung kopi yang kalau tak salah namanya evergreen. Ada 20an peserta dan panitia yang ikut menghangatkan malam minggu positif kali itu. Dan ini bagian serunya,,

Vicky sang ketua panitia pun mulai membeberkan story behind dari acara ini. Katanya, acara ini hampir saja batal di H-7 gara-gara masalah klasik. DANA! Pihak sponsor yang diharapkan membiayayai ternyata menarik diri di waktu semepet itu. Mereka sempat melakukan voting apakah acara ini mau dilanjut apa tidak. Akhirnya dengan kesungguhan tekad mereka, terutama Mba Suci mereka memutuskan tetap menjalankan acara ini. Lalu darimana dana nya? Tiket pesawat dua orang bolak balik jakarta-palu itu tidaklah murah. Belum lagi biaya hotel, aula, travel dsb.
Begitu mengundang simpati, mereka menggalang dana dari kantong mereka pribadi. Aku yakin porsi terbesar salah satunya dari Mba Suci. Dan anak-anak luar biasa itu juga mengusahakan segalanya termasuk menjual es buah di jalan-jalan sebagai dana tambahan. EPIC!
Mimpi mereka sederhana. Mereka ingin sedikit mengubah paradigma pemuda tolitoli akan kesuksesan dan menginspirasinya..

Cerita-cerita heroik semacam inilah yang justru tak kudapatkan dari kota-kota besar. Contoh nyata tentang cerita menembus batas nyali ini aku dapatkan dari sebuah tempat bernama tolitoli setelah sebelumnya kudapati cerita heroik serupa dari Ternate. Mereka tidak memilih menunggu suatu saat Brili datang dengan sendiri ke kota mereka. Mereka melampaui batas ketakutan mereka dan mempertaruhkan hal yang besar untuk membuat sesuatu hal yang tadinya fana menjadi nyata. Dan mereka telah membuktikan kepada dunia bahwa pemuda pemudi tolitoli mampu membuktikan kebesaran nyali nya. Hasilnya? Sukses luar biasa!

Bahkan dari cerita mereka, karena acara nya sukses maka untuk tahun depan sudah ada pihak sponsor yang bersedia untuk merutinkan mengadakan agenda yang sama.. Ya! Allah selalu membuktikan skenario terbaiknya. Dia menunjukan bahwa semua hal akan diturunkan PAS pada porsi dan tempatnya..
Angkat topi, angkat dasi dan angkat hati untuk saudara-saudara baruku dari Tolitoli. Suci, Vicky,Laras, Wawan, Tarmizi, Rizal, Ichi, Zhazha, Bella, Sarah, Dede, Akrab, Dahlia, Arum, dan semua pemuda Tolitoli yang berani menembus batas ketakutan kalian serta melahirkan inspirasi baru yang menawan..

12 comments
great mas brili, amazing
Great Mas Brili, Amazing
Makasih buanyak mba Irna..
mas brili tulisannya impressive banget 😀
Ini baru yang di blog,,,
Gimana yang di buku nya coba? #UjungUjungnyaJualan
amazing mas…you rock!!! always….
Belajarnya dari Bang Andy ko^^
kerenn , datang lagi mas ! di tunggu
Amiiinnn
Wah saya senang bisa lihat foto foto hotel ini sebab dulu sahabat saya pernah minta dibuatkan gambar untuk membuat aula di hotel ini karena di toli toli masih jarang ada ruang yang bisa dibuat pertemuan dulu buat gambarnya tahun 2006 ternyata sudah dibangun. Meskipun sahabat saya itu sudah meninggal dunia tahun 2007 tapi ternyata keluarganya meneruskan cita citanya.. terima kasih..
What a surpriseeeee!! Hei bang brili. This is my lovely small city !!!
Sangat senang melihat seseorang seperti mas brili mendeskripsikan tolitoli *yg jarang sekali di ekspos di media* sedemikian rupa.
Sayangnya sy salah satu mahasiswa Tolitoli yg sedang menjalani pendidikan di makassar jadi tdk bisa melihat acara ini.
Ini salah satu mimpi saya. Mengundang motivatoir2 dari luar tolitoli untuk membantu masyarakat disana membuka pemahaman mereka bout dream,life,passion,. Keren bang!
Semoga suatu saat nanti sekembalinya sy ke tolitoli. Sy bisa menjadi the girl behind your seminar bang. Aamiin 😀 😀
Salam,
Boleh sharing info soal Kab. Tolitoli, mas?
Kapan terakhir ke sana?
Terima kasih