Tiga Hari Untuk Selamanya

Baju putih, dasi biru, lengkap dengan setelan jas hitam dan sepatu klimis. Lima belas trainer yang biasa dipanggil Fasilitator tegap membuat lingkaran di Arena WBT batch 12. Di dalam arena, masih lengang. Pintu sengaja ditutup rapat-rapat. Ini adalah momen sakral pagi hari jam 7 sebelum gaung WBT bermula.

Seorang pria matang dengan tatapan teduh mengeluarkan kata-kata saktinya :

“Anda semua disini adalah orang-orang terbaik yang selama tiga hari ini akan menjadi pemandu bagi orang-orang luar biasa. Bukan peserta sembarangan. Mereka mengeluarkan segala daya upayanya untuk bisa hadir di sini. Berikan yang terbaik untuk mereka.”

Pria itu biasa dipanggil Kakek, Babeh, atau Pak Jamil Azzaini.

Siramannya di pagi itu membuat kami berlima belas semakin serius untuk mempersiapkan sekaligus membahas detail demi detail WBT di hari pertama. Hari ini kami akan membahas tentang “Berani Tampil”.

Misi utama kami hari ini adalah memangkas rantai gajah yang tertanam di pikiran 93 peserta WBT. Mas Dinar, selaku Lead menjelaskan detail demi detail acara dan rangkaian tugas kami. Walaupun misi ini adalah misi serius, canda dan tawa masih sering mengalir diantara kami. Tukar menukar jokes, candaan, dan tawa selalu menjadi warna diantara kami.

Briefing pagi hari pertama resmi kami tutup dengan doa. Kami tidak lantas membubarkan diri. Secara khusus Aku meminta mas Edi, sang DJ memutarkan lagu pemanasan favoritku.

“Tiger’s Eye”

Theme song film fenomenal Rocky yang selalu sukses meningkatkan adrenalinku. Ternyata adrenalin rush itu menular pada 14 Saudaraku fasilitator. Kami melompat-lompat, mengumpulkan ledakan energi yang siap kami lontarkan pada peserta yang akan segera memasuki arena.

“FASILITATOR MANA SUARANYAAAAA?!!!!” Teriakan Mas Dinar membahana memecah ruangan. Suara itu berarti satu hal. Dalam hitungan detik arena akan dibuka.

“YEEEAAAAHHH!!!” Kami yang sudah membentuk gate untuk menyambut peserta berteriak tak kalah garang nya.

Dan gerbangpun dibuka. Binar mata terkejut peserta tertangkap oleh mataku. Siapa yang menyangka begitu pintu dibuka,mereka akan disambut alunan musik menghentak plus 15 Fasilitator yang melompak mengulurkan tangan untuk menyambut peserta. GRANDE!

Tugasku hari itu menantang. Aku satu-satunya fasilitator yang akan memandu kelompok dengan anggota 7 orang. Dan.. semuanya wanita!

Well, memang sedari awal sudah ada satu skenario bahwa ada satu kelompok wanita yang dipegang Fasilitator pria. Karena Fasilitator wanita yang terpilih ada tiga, sedangkan kelompok wanitanya ada empat. Alasan kenapa aku dipilih untuk memandu kelompok itu cukup… Ah Sudahlah. Bu Sofie bilang, karena aku satu-satunya Fasilitator Pria yang tidak perlu meminta ijin istri untuk memandu kelompok wanita.

But The Show Must Go ON!

Kelompok kami sepakat untuk menamakan diri “Dian Pelangi”. Ya, karena kelompok kami sangat berwarna. Baik dari latar belakang maupun dari asal domisili. Ada Mba Dia dari Padang, Mba Surtik dari Medan, Mba Sani dari Solo, Mba Wira, Mba Leili, Mba Novi, dan Mba Nuning yang berdomisili di Jakarta. Separuh dari mereka sudah berkeluarga.

IMG-20140217-WA0000

Hari pertama banyak diisi dengan perkenalan, mengakrabkan diri dengan kelompok, berbaur satu sama lain dan deklarasi Visi Hidup. Banyak visi hidup yang membuatku begitu merinding mendengarnya. Mrekalah Inspirator Indonesia selanjutnya! Di akhir hari pertama, rantai gajah yang selama ini membelenggu terkait dengan public speaking  sudah mulai terkikis dan terlepas. Lebih dari itu, ilmu TSB pun sudah mampu terserap.

Penutup hari pertama WBT berlangsung begitu EPIC! Ada sepuluh peserta yang berlari, naik ke atas penggung lalu meneriakkan Visi Hidupnya dengan lantang. Yang segera diamini oleh ratusan hati yang bergetar tersentak di sana. Unforgotten momen yang pasti akan menjadi tak terlupa untuk siapa saja yang berada di sana.

Saat semua peserta sudah meninggalkan arena, kami masih memiliki PR untuk evaluasi satu per satu peserta di hari pertama. Evaluasi ini kami lakukan di RM Sederhana dekat arena. Energi besar yang kami keluarkan di hari pertama, banyak membuat kami kalap menyantap hidangan di sana.

Juara malam itu untuk urusan menyantap adalah Mas Boni dan Mas Surya.

IMG-20140217-WA0037

“Banyak gembel di perutnya..” Kata mas Heri yang sontak membuat kami tertawa terpingkal.

Tapi dari situ kami bisa memahami satu per satu peserta dengan lebih dalam. Kami mampu mengenal lebih dekat mereka dengan modal informasi dari perwakilan kelompok masing-masing. Juga rantai gajah yang ada di mereka.

Malam itu berlalu dengan cepat. Jam 10 kami baru bisa mendaratkan badan dengan merdeka. Menuntaskan lelah dan mengumpulkan energi untuk esok hari yang tak sabar dinanti.

Materi hari kedua adalah bicara sistematis. Di hari ini kami harus membantu peserta menemukan materi andalan mereka. Membuatnya secara rinci lalu memerasnya menjadi mudah dimengerti oleh audience.

Untuk siapapun yang ingin menjadi trainer atau pembicara publik ini adalah saat untuk menemukan materi andalannya.

Banyak asap menyembul dari kepala peserta. Untuk yang tidak terbiasa menulis, ini adalah sebuah tantangan baru yang harus ditaklukan. Memaksa peserta untuk serius menyiapkan skema bahan materinya.

Aku menikmati materi ini. Karena aku begitu berharap, draft yang sudah tersusun disini bisa menjadi jabang bayi buku mereka suatu hari nanti. Lebih istimewa karena dipilih 15 peserta pilihan kelompok untuk tampil di depan semua audience. Langsung diberikan komentar oleh Kek Jamil dan 15 Fasilitator di sana.

Evaluasi hari kedua kembali dilanjutkan di RM Sederhana. Kali ini lebih berwarna karena ada sate padang dan martabak mesir yang menghiasai meja panjang kami. Celotehan-celotahan kocak tak luput mewarnai malam itu.

“Da, punya otak ga?” Teriak Pak Heri kepada salah satu pramusaji.

Maksudnya memang menanyakan otak gulai yang malam itu sudah habis. Tapi intonasinya yang jenaka membuat maknanya menjadi berbeda. Gerr..

Hari ketiga WBT adalah hari yang akan menjadi puncak rangkaian acara ini. Disinilah peserta akan belajar menganai “berpengaruh”. Membuat penyampaian materi diatas panggung menjadi istimewa dan mampu menggerakkan audience nya.

Hari ini diwarnai dengan debat sengit antara 15 fasilitator untuk memutuskan dua hal. Siapa 8 peserta yang akan tampil di depan, dan siapa kelompok terbaik. Kami masing-masing saling beradu argumentasi. Sampai puncaknya saat dua kelompok terbaik tersisa. Pilihan antara kelompok Anies Baswedan yang dipandu Bu Kastini atau kelompok Dian Pelangi yang kupandu. Akhirnya melalui proses yang cukup menegangkan kami memutuskan kelompok Anies Baswedan lah pemenangnya.

Semakin sore WBT bergulir, aku merasakan perasaan yang dari dulu tak pernah kusuka rasanya. Perpisahan. Setelah 4 hari 3 malam berjuang di balik dan di depan layar, kami merasa berat untuk saling mengucapkan selamat tinggal.

Tepat di sesi terakhir, dimana aku harus memberikan kartu pos berisi surat kepada siapapun yang ada di ruangan itu..

Tes.. perlahan air mataku mulai merayap menelusuri pipi. Aku memberikan surat untuk banyak peserta dan semua fasilitator yang begitu berkesan. Aku iri kepada fasilitator lain yang bisa bertukar pelukan dengan peserta di kelompoknya. Bisa bertukar air mata di pundaknya.

Ditengah kebingungan itu aku menemukan kek Jamil. Kuhampiri beliau dan kupeluk dengan erat! Kutumpahkan semua haruku di pundaknya. Sudah lama sekali aku tak menangis merengek seperti anak kecil seperti itu.

“Terus berkarya mas.. Kamu hebat..” Bisik kek Jamil.

Lepas dari kek Jamil, aku mencari sahabat sekaligus Lead Fasil, mas Dinar. Kami berdua menangis seperti anak kecil yang kehilangan balon kesayangannya. Lepas dan tak terbendung.

Aku beruntung memiliki sahabat-sahabat luar biasa yang meminjamkan pundaknya untukku. Mas Andy, Pak Heri, Mas Rain, dan Pak Jumadi.

3 hari yang luar biasa! 3 hari yang akan terkenang untuk selamanya! 3 hari yang akan abadi menetap di singgasana jiwa!

Dari Kek Jamil, aku belajar mengenai kebijaksanaan seorang trainer. Belajar menjadi pemimpin yang sekaligus mampu menjadi bapak yang baik untuk tim nya. Katanya :

“Umur 24 tahun kalo bukan trainer wajar masih bujang. Tapi kalo trainer umur 24 belum menikah itu.. Terlalu..”

Dari Mas Dinar , aku belajar hasrat juga profesionalisme. Walaupun dia baru ditunjuk di detik akhir menjadi Lead, dia mau belajar jauh-jauh kepada Mas Andra agar bisa menjadi yang terbaik.

Dari Mas Andy, aku belajar mengenai rasa syukur dan tak kenal lelah untuk mengejar visi hidupnya. Aku belajar banyak tentang menjadi sosok suami idaman anak dan istri darinya.

Dari Mas Surya, aku belajar bagaimana menyantap dua telur bulat dalam satu hentakan. Ups, aku belajar bagaimana menunjukan nyali di usia muda. Juga komunikasi dengan orang tua.

Dari Ustadz Jumadi, aku belajar bagaimana tetap istiqomah dan pentingnya profesionalisme. Bagaimana menjadi produktif tanpa hambatan apapun.

Dari Mas Rain, aku belajar bagaimana membagi waktu dan selalu meluruskan niat. Menjadikan istrinya bagian dari visi hidup. Itu keren..

Dari Mas Davied, aku belajar tentang totalisme. Belajar mengenai kegigihan. Bagaimana tetap kuat menuju puncak kesuksesan walau beragam badai menghadang.

Dari Om Beni, aku belajar tentang kerendahan hati. Semakin tinggi imu, seorang manusia seharusnya semakin rendah hatinya.

Dari Pak Heri, aku belajar bagaimana membuat hidup suasana. Pentingnya arti sebuah senyuman walaupun di kondisi yang sulit sekalipun.

Dari Pak Alif, aku belajar untuk tetap bersih. Keberanian untuk berani keluar dari lingkungan yang bisa meracuni kita dan menjemput ‘kekayaan’ yang di ridhoi Nya.

Dari Mas Donny, aku belajar mengenai arti perjuangan. Bagaimana kerja kerasmu menabung 3 bulan untuk mahar, dan bagaimana menjaga hati saat ditinggal jauh dari istri..

Dari Ustadz Boni, aku belajar bagaimana memanage perut untuk segala jenis lauk yang menggoda. Ups, maksudku belajar tentang ketegasan. Juga mengenai riba.

Dari Bu Kastini, aku belajar tentang pentingnya tepat waktu dan hal kecil untuk menjaga kelas. Juga tentang seru nya mendidik anak asuh seperti mas Dinar.

Dari Mba Dhian, aku belajar mengenai besarnya kekuatan seorang Ibu. Kekuatan cinta yang akan dibawa sepanjang masa kepada anak-anaknya.

Dari Bu Dini, aku belajar mengenai Langsing Permanen. Eh, belajar tentang kesabaran menghadapi berbagai situasi sulit. Tentang keadilan dan prioritas.

Dari Mba Weni, Mba Aliya, Cak Pur, Mas Dedi, Mas Edi, Mas Jumadi, dan Bunda Sofie, aku belajar banyak mengenai bagaimana menghandle sebuah training.

Dari Semua peserta.. Aku terinspirasi banyak hal. Dari Mba Dia, Mba Sani, Mba Nuning, Mba Novi, Mba Laeli, Mba Wira,Mba Surtik, Princess Amanda, Mas Dikien, Mba Ira, Mas Dika, Mas AIG, Panji, Pak Teguh, Pak Muliadi, Mba Vina dan semua peserta, I Learn a lot from you guys! Keep rock in!

IMG-20140217-WA0021

Salam Inspirator Juara,

@BriliAgung

InspiratorMaker

CEO Inspirator Academy, penulis 6 buku, co-writer 17 buku artis, pengusaha, dan trainer.

Belajar Bisnis Dari Drakor Seru Abis

Sebagai penulis, melahap film dari berbagai genre adalah kebutuhan bagi saya. Membanjiri pikiran dengan ide ide baru, pembelajaran dan inspirasi dengan cara yang menyenangkan. Jadi itulah kenapa saya ga fanatik terhadap satu jenis genre film….

Transformasi Radikal Qyta Trans

Pandemi Covid 19 keras menghantam banyak lini. Wabah tentunya menyerang sisi kesehatan, namun ada sisi lain yang juga terhantam tidak kalah telak. Apalagi jika bukan sisi ekonomi. Semua pelaku usaha, mulai dari level kakap sampai…

Review Film Ghost Writer

    Ghost writer yang mereview film ghost writer. Akhirnya, setelah sekian lama bisa nge blog lagi. Dan, kali ini edisi khusus karena saya akan me review sebuah film. Karena biasanya untuk blog ini, review…

Cerita Dari Dirigen Oli Bekas

Cerita Dari Dirigen Oli Bekas Beberapa hari yang lalu mungkin teman-teman tahu bahwa saya menginisiasi donasi untuk membantu seorang anak bernama Latif. Sebuah video viral di social media memperlihatkan dia sedang dipaksa menyiram oli bekas…

Kios Untuk Ayah

Apakah benar hidup bermula di usia 40 tahun? Banyak sekali yang berkata kepada saya demikian. Bisa jadi ada benarnya, bisa jadi tidak berlaku bagi sebagian besar orang. Coba lihat sekeliling kita saat ini, apakah saudara…

16 comments

    Air mata ini mengalir seiring aliran arah mata membaca aksaramu mas, alirannya penuh energi yang mengguncang pembuluh darah. “Ayo optimalkan aku, gunakan aku sebagaimana mestinya” teriak pembuluh darah sambil mengejek ke arahku. Aku malu selama ini kurang mengoptimalkan mereka. Semoga setelah ini, Semua anggota badanku tidak ada yang kecewa telah memilih aku untuk menjalankan fungsinya. Aku cinta kamu karena Allah SWT. Semoga Allah membuka surga-Nya untuk kita dan keluarga… Maaf, yang belum berkeluarga.. ya sendiri aja.. heheheheh

    Subhanallah….hanya bisa ucap itu bro…selebihnya skg lg mewek depan laptop…
    very amazing n wonderful article…
    nice to knowing you brother..syukrON kartu posnya,membuatku semakin semangat untuk terus bermanfaat buat orang banyak dan semakin gigih belajar,belajar dan belajar terus…:)

    mbrebes mili lagi…
    Makasih mas untuk semuanya, ucapan Mas Brili dan semua feedback di Kartu posnya semakin menambah kekuatanku untuk melepas rantai gajah yang selama ini membelenggu.
    Tambah motivasi untuk menjadi diri sendiri dengan versi yang terbaik, yang bisa memberikan manfaat bagi orang lain..

    Walaupun baru pertama kali bertemu langsung dan tidak terlalu intens berinteraksi tetapi banyak pelajaran yang di dapat dari seorang anak muda penuh inspirasi. Tidak banyak anak muda yang mempunyai visi dan semangat membara, salah satunya BRILI AGUNG ZAKY PRADIKA yang “Tau Apa Yang Dia Mau”.

    Salam kenal dan ditunggu kedatangannya di Pulau Bangka … :)

    Salam SuksesMulia

Leave a Reply to briliagung Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *