Ahli Angan-Angan
Pagi ini ketika saya berkaca pada diri saya sendiri, saya merasa malu.
Sebagai seorang trainer dan penulis, saya dan juga Anda pasti sering mengobarkan optimisme tentang Dream/Vision/Goal dalam setiap training kita. Kita berkoar seakan kita adalah manusia paling optimis sedunia. Seakan kita sudah diberi mandat sebagai “Duta Visi Nasional” .
Seakan semua impian kita saat ini sudah menjadi nyata..
Mengutip kata salah satu guru saya,
“Mencapai impian itu sederhana. Yang perlu kamu lakukan hanyalah menyeleraskan sumber daya yang kamu miliki dengan impianmu.”
Menyelaraskan sumber daya? Ini menarik. Ini versi lain dari definisi sukses menurut saya.
Sukses adalah kesiapan ditambah kesempatan
Sekaligus ini membuat saya tertampar. Karena kesiapan saya ternyata masih butuh banyak akselerasi. Ternyata sumber daya saya masih banyak yang perlu diupgrade.
– Pengen jadi trainer kelas dunia, namun sudah berapa buku yang saya jadikan referensi dalam sebulan?
– Pengen punya perusahaan kelas dunia, namun sudah berapa relasi kelas dunia yang saya jalin?
– Pengen jadi penulis yang produktif, namun dalam sehari sudah berapa halaman yang saya selesaikan?
– Pengen memeluk Nabi Muhammad di tempat yang paling terhormat, namun sudahkah nilai manfaat yang saya tebar sudah melebihi mudharat yang saya ciptakan?
– Pengen punya jodoh yang bisa menjadi pendamping dunia akhirat, sudah berapa kali saya jamaah di masjid setiap hari? Berapa jumlah rakaat sunnah yang sudah saya selesaikan tiap hari?
Semua itu adalah catatan untuk saya. Jika ada relevansinya dengan Anda, yuk mari kita sama-sama selaraskan sumber daya kita.
Mimpi boleh melangit, namun Aksi tetap harus membumi.
Jika tidak diimbangi dengan Aksi, jangan-jangan kita hanya jadi Ahli Angan-Angan..
“Jangankan Presiden, Allah aja tidak akan mengubah nasib hambaNya kecuali hamba itu mengubah nasibnya sendiri.”