Menikah, Cinta atau Ibadah?

Pertama-tama, maafkan atas kelancanganku menuliskan sesuatu hal yang bahkan aku belum mengalaminya, belum merasakannya. Tapi jujur tulisan yang kamu baca kali ini adalah buah dari gelitikan hati serta logika yang enggan pergi dan terus mengusik sanubari (halah..)

http://i2.wp.com/briliagung.com/wp-content/uploads/2013/04/keluargabahagia.jpg?resize=640%2C453

Semua berawal pagi itu kala pagi-pagi sudah berkelana di timeline hingga menemukan sebuah  link artikel yang satu ini : http://bit.ly/16K2CT7 

Kadang kalo baca satu artikel atau buku aku suka loncat-loncat ke poin yang kuanggap penting aja. Tapi di artikel satu itu, entah kenapa, mataku terpaku untuk melanjutkan detai demi detailnya. Ada rasa penasaran dan keingintahuan yang mendalam saat membacanya.

Berencana poligami? Sampai saat ini belum pernah terpercik sedikitpun berpikir kearah sana. Justru poin yang nancep di otak bukan tentang poligami nya. Dan kita ga akan bahas itu disini.. Tenang aja..

Walaupun dalam satu sesi interview bareng Pro 3 FM dulu sempet ada penelepon random dari Tuban, Jatim yang nanyain tentang gimana berlaku adil ketika kita poligami? Elah dalah Pakde.. Satu aja saya belum dapet, ini disuruh ngasih solusi keadilan bagi pasangan poligami,,

Yak, yang nancep di pikiranku justru satu kata keramat ini “Me-Ni-Kah” . Yap, satu kata yang biasa bikin jomblo-jomblo bergidik ngeri saat lebaran tiba. Dan pastinya saat ada acara kumpul keluarga juga.. (Hufft.. i feel you sist and Bro)

Lagi-lagi batin ini terusik, menikah adalah satu Ibadah besar. Sebuah milestone dalam sejarah panjang perjalanan tiap insan. Dan ada sangat banyak kaidah yang bernaung dibawahnya.

Menikah itu lebih daripada halal-isasi syahwat. Lebih dari sekedar cinta yang direstui dan berlabuh pada ikatan suci. Ada agenda yang lebih besar dalam pernikahan.

SEBUAH PERADABAN!

Yap, menikah adalah gerbang sebuah peradaban baru. Apa dan bagaimana peradaban masa depan salah satunya bergantung pada kita. Bagaimana kita menentukan niat untuk menikah nanti,, dan bagaimana kita menentukan cita-cita besar apa dengan pasangan kita nanti.

Jika kita hanya berpikiran pendek,,

“Ah udah nikah, punya anak dua, yang penting mereka sekolah dengan layak dan bisa hidup mapan.. Itu sudah cukup..”

Kita sesusungguhnya telah berdosa. Berdosa terhadap siapa? Terhadap peradaban di generasi selanjutnya! Bayangkan, jika mendidik anak-anak kita dengan “seadanya” bahkan “asal mereka bahagia” aja, mau jadi apa anak cucu kita kelak. Tanggung jawab kita ga berenti sampe garis anak kita doank! Tapi sampai seluruh generasi yang akan lahir dari pernikahan kita.

Maka benar, jika salah satu guruku bilang “Dari sebuah ranjang menuju peradaban.”

Nikah bukan hanya masalah cinta, sex, dan ikatan. Nikah membutuhkan sebuah mental yang matang dan siap untuk mendidik satu peradaban baru. Dan mental serta paradigma itulah yang perlu kita masing-masing sadari dari sekarang.

Jadi, siapapun kamu yang saat ini ga beranjak dan tetap baca tulisan ini. Mulai deh renungin lagi, kriteria pasangan seperti apa yang nanti akan mendampingi kita.

Mungkin kita perlu masukin pertanyaan ini ke calon (bagi yang masih jomblo) dan pasangan (bagi yang sudah menikah)

“Peradaban seperti apa yang akan kita bangun nanti wahai engkau sang belahan hati?”

 Jika kamu adalah inspirasi, maka anak-anak kita adalah maha karya yang penuh akan apresiasi

Maukah kau membantuku menyiapkan sebuah judul baru, untuk legenda yang telah lama kita tunggu?

CEO Inspirator Academy, penulis 6 buku, co-writer 17 buku artis, pengusaha, dan trainer.

Belajar Bisnis Dari Drakor Seru Abis

Sebagai penulis, melahap film dari berbagai genre adalah kebutuhan bagi saya. Membanjiri pikiran dengan ide ide baru, pembelajaran dan inspirasi dengan cara yang menyenangkan. Jadi itulah kenapa saya ga fanatik terhadap satu jenis genre film….

Transformasi Radikal Qyta Trans

Pandemi Covid 19 keras menghantam banyak lini. Wabah tentunya menyerang sisi kesehatan, namun ada sisi lain yang juga terhantam tidak kalah telak. Apalagi jika bukan sisi ekonomi. Semua pelaku usaha, mulai dari level kakap sampai…

Review Film Ghost Writer

    Ghost writer yang mereview film ghost writer. Akhirnya, setelah sekian lama bisa nge blog lagi. Dan, kali ini edisi khusus karena saya akan me review sebuah film. Karena biasanya untuk blog ini, review…

Cerita Dari Dirigen Oli Bekas

Cerita Dari Dirigen Oli Bekas Beberapa hari yang lalu mungkin teman-teman tahu bahwa saya menginisiasi donasi untuk membantu seorang anak bernama Latif. Sebuah video viral di social media memperlihatkan dia sedang dipaksa menyiram oli bekas…

Kios Untuk Ayah

Apakah benar hidup bermula di usia 40 tahun? Banyak sekali yang berkata kepada saya demikian. Bisa jadi ada benarnya, bisa jadi tidak berlaku bagi sebagian besar orang. Coba lihat sekeliling kita saat ini, apakah saudara…

5 comments

    Ass wr wb. Memang susah kalau udah ada pertnyaan yg mengganggu pikiran kita. Ada tulisan ku berjudul “Adakah Surga Itu di Telapak Kakiku” adalah sebuah pertanyaan yg msih m’ganggu otak ku karena belum menemukan jawaban. Aku juga menulis “Pangeran Impian di Dunia Nyata” kriteri cowok yg mungkin akan sulit sekali ditemukan pd zaman sekarang.

    menikah memang harus dilandasi oleh cinta, dan menikah sendiri itu pada dasarnya adalah ibadah, asalkan dilakukan dengan syarat dan ketentuan yang sesuai dengan tuntunan yang dicontohkan rosul

    jadi kalau ditanya menikah itu cinta atau ibadah, maka jawabannya menikah itu adalah ibadah, dan cinta kepada pasangan pun merupakan ibadah, asalkan cintanya tidak menghalangi cinta kepada Alloh, artinya cinta boleh tapi jangan sampai gara2 saking cintanya kita jadi malas beribadah, mungkin seperti itu,

Leave a Reply to mendidikanakku Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *