Menikah, Cinta atau Ibadah?
Pertama-tama, maafkan atas kelancanganku menuliskan sesuatu hal yang bahkan aku belum mengalaminya, belum merasakannya. Tapi jujur tulisan yang kamu baca kali ini adalah buah dari gelitikan hati serta logika yang enggan pergi dan terus mengusik sanubari (halah..)
Semua berawal pagi itu kala pagi-pagi sudah berkelana di timeline hingga menemukan sebuah link artikel yang satu ini : http://bit.ly/16K2CT7
Kadang kalo baca satu artikel atau buku aku suka loncat-loncat ke poin yang kuanggap penting aja. Tapi di artikel satu itu, entah kenapa, mataku terpaku untuk melanjutkan detai demi detailnya. Ada rasa penasaran dan keingintahuan yang mendalam saat membacanya.
Berencana poligami? Sampai saat ini belum pernah terpercik sedikitpun berpikir kearah sana. Justru poin yang nancep di otak bukan tentang poligami nya. Dan kita ga akan bahas itu disini.. Tenang aja..
Walaupun dalam satu sesi interview bareng Pro 3 FM dulu sempet ada penelepon random dari Tuban, Jatim yang nanyain tentang gimana berlaku adil ketika kita poligami? Elah dalah Pakde.. Satu aja saya belum dapet, ini disuruh ngasih solusi keadilan bagi pasangan poligami,,
Yak, yang nancep di pikiranku justru satu kata keramat ini “Me-Ni-Kah” . Yap, satu kata yang biasa bikin jomblo-jomblo bergidik ngeri saat lebaran tiba. Dan pastinya saat ada acara kumpul keluarga juga.. (Hufft.. i feel you sist and Bro)
Lagi-lagi batin ini terusik, menikah adalah satu Ibadah besar. Sebuah milestone dalam sejarah panjang perjalanan tiap insan. Dan ada sangat banyak kaidah yang bernaung dibawahnya.
Menikah itu lebih daripada halal-isasi syahwat. Lebih dari sekedar cinta yang direstui dan berlabuh pada ikatan suci. Ada agenda yang lebih besar dalam pernikahan.
SEBUAH PERADABAN!
Yap, menikah adalah gerbang sebuah peradaban baru. Apa dan bagaimana peradaban masa depan salah satunya bergantung pada kita. Bagaimana kita menentukan niat untuk menikah nanti,, dan bagaimana kita menentukan cita-cita besar apa dengan pasangan kita nanti.
Jika kita hanya berpikiran pendek,,
“Ah udah nikah, punya anak dua, yang penting mereka sekolah dengan layak dan bisa hidup mapan.. Itu sudah cukup..”
Kita sesusungguhnya telah berdosa. Berdosa terhadap siapa? Terhadap peradaban di generasi selanjutnya! Bayangkan, jika mendidik anak-anak kita dengan “seadanya” bahkan “asal mereka bahagia” aja, mau jadi apa anak cucu kita kelak. Tanggung jawab kita ga berenti sampe garis anak kita doank! Tapi sampai seluruh generasi yang akan lahir dari pernikahan kita.
Maka benar, jika salah satu guruku bilang “Dari sebuah ranjang menuju peradaban.”
Nikah bukan hanya masalah cinta, sex, dan ikatan. Nikah membutuhkan sebuah mental yang matang dan siap untuk mendidik satu peradaban baru. Dan mental serta paradigma itulah yang perlu kita masing-masing sadari dari sekarang.
Jadi, siapapun kamu yang saat ini ga beranjak dan tetap baca tulisan ini. Mulai deh renungin lagi, kriteria pasangan seperti apa yang nanti akan mendampingi kita.
Mungkin kita perlu masukin pertanyaan ini ke calon (bagi yang masih jomblo) dan pasangan (bagi yang sudah menikah)
“Peradaban seperti apa yang akan kita bangun nanti wahai engkau sang belahan hati?”
Jika kamu adalah inspirasi, maka anak-anak kita adalah maha karya yang penuh akan apresiasi
Maukah kau membantuku menyiapkan sebuah judul baru, untuk legenda yang telah lama kita tunggu?
5 comments
nice
Ass wr wb. Memang susah kalau udah ada pertnyaan yg mengganggu pikiran kita. Ada tulisan ku berjudul “Adakah Surga Itu di Telapak Kakiku” adalah sebuah pertanyaan yg msih m’ganggu otak ku karena belum menemukan jawaban. Aku juga menulis “Pangeran Impian di Dunia Nyata” kriteri cowok yg mungkin akan sulit sekali ditemukan pd zaman sekarang.
tul
Reblogged this on yangtercatatuntukdirenungi.
menikah memang harus dilandasi oleh cinta, dan menikah sendiri itu pada dasarnya adalah ibadah, asalkan dilakukan dengan syarat dan ketentuan yang sesuai dengan tuntunan yang dicontohkan rosul
jadi kalau ditanya menikah itu cinta atau ibadah, maka jawabannya menikah itu adalah ibadah, dan cinta kepada pasangan pun merupakan ibadah, asalkan cintanya tidak menghalangi cinta kepada Alloh, artinya cinta boleh tapi jangan sampai gara2 saking cintanya kita jadi malas beribadah, mungkin seperti itu,