Passion dan Potensi
Passion dan Potensi
Aku orang yang cukup beruntung karena bisa dipertemukan dengan Passion ku sebelum menginjak usia tua. Passion yang setelah aku ketahui ternyata gairah tertinggiku adalah saat aku harus mengajar serta berbagi di depan audience. Sebuah peran mulia menjadi pengajar. Pengajar tidak harus guru. Pengajar adalah ia yang mededikasikan waktunya untuk berbagi dan berbagi. Yang dibagi juga bukan hal sembaranga. Ilmu lah yang ia bagikan.
Kalau sudah disuruh mengajar, dibayar senyum pun udah ngrasa puas banget. Mau disuruh ngajar marathon satu bulan penuh juga,
” Ayo gue jabanin,,!!”
Beruntung seminggu yang lalu Aku dihadapkan tes STIFIn. Dari situ aku tahu bahwa ternyata mesin kecerdasanku adalah mesin kecerdasan Intuiting. Belahan otak kanan depan. Intuiting mengandalkan visi, mimpi dan daya khayalnya. Menjadikan kreativitas menjadi tulang punggungnya. Mendaratkan kata-kata dilangit ke bumi. Itulah kekuatan utama dari seseorang yang memiliki mesin kecerdasan Intuiting. Tapi sayangnya Intuiting orangnya pelupa.
Dihubungkan dengan passion mengajar, Intuiting sangat cocok sebagai trainer. Kekuatan utamanya yaitu Assembling. Mampu mengambil banyak konsep untuk kemudian di ramunya menjadi satu kesatuan yang fresh dan baru. Mengelola dan memasaknya sehingga menjadi satu kesatuan ritmik yang sempurna.
Setelah tahu belahan otak dominanku, aku mengetahui cara belajar terbaikku. Menjadikan tujuan akhir ku menginspirasi 20 juta pemuda Indonesia menjadi lebih terpeta dan terarah.
Dan sekarang dengan bantuan STIFIn, aku bisa menjalani kehidupan yang Gue Banget. Kehidupan yang benar-benar penuh. Ketika keseharian dan pekerjaan bukan menjadi keterpaksaan, tetapi menjadi satu tuntutan batin. Kalo ga ngajar, badan malah pegel-pegel.
Apa sih sebenernya yang bisa membuat Brili begitu menikmati menjadi Trainer? Atmosfir tepuk tangan peserta training, emosi yang bercampur aduk saat kelas berlangsung, dari tawa menjadi tangis, dan tangis yang menjadi tawa bercampur menjadi satu. Serta raut wajah yang menyala-nyala peserta yang terbakar semangatnya saat selesai training. Itu adalah reward paling besar dan berharga bagi seorang trainer.
Coba sekarang tanyakan apa kamu sudah melakukan semuanya sesuai passion dan potensimu?
Kamu boleh aja mengingkari keinginan terkuat dalam dirimu. Asli nya kamu boleh kamu tutup-tutupi. Tapi konsekuensinya adalah kamu akan menjalani sisa hidupmu dengan ketidak totalan. Ada sesuatu yang tertinggal dan mengganjal yang harusnya bisa kamu lakukan. Penyesalan mendalam di kala tua lah konsekuensi tertingginya.
Jika kamu masih bingung dengan Passionmu, paling tidak kamu bisa menemukan dulu apa sebenarnya mesin kecerdasanmu. Bagaimana cara terbaik kamu untuk belajar, bersosialisasi, dan kekuatan terbaikmu. Sehingga apa yang kamu lakukan selalu berasal dari kompetensi terbaikmu.
Sesuatu yang paling disesali manusia sebelum ajalnya adalah bukan tentang “Apa saja yang sudah dilakukannya.” Tapi “Apa saja yang belum sempat ia lakukan.”
PUNYA PASSION NULIS?
INGIN TULISANNYA DITERBITKAN?
JANGAN LEWATKAN KESEMPATAN INI :
One comment
Reblogged this on SAIDAH RAHMAT.