Gembolan
Mengamati manusia adalah salah satu kebiasaan saya ketika sedang traveling. Salah satu spot terbaik untuk melkukan hal ini, selalu : Bandara. Mengamati manusia di bandara selalu membawa saya pada sebuah perenungan yang lebih luas.
Bukankah hidup serupa perjalanan?
Bergerak dari satu pijakan ke pijakan lain di masa depan. Pergi ke satu tempat menuju tempat lainnya. Baik hanya untuk singgah atau menetap. Bertemu dengan satu orang dan orang lainnya. Entah itu untuk bersama atau untuk berpisah. Hidup adalah tentang perjalanan.
Dan kita sama-sama tau bahwa setiap traveller pasti bawa gembolan. By the way, gembolan itu barang bawaan. Bisa berupa ransel, koper, atau tas kecil. Setiap orang membawa gembolannya masing-masing. Ada yang cukup dengan sebelah tangan, ada pula yang harus menggunakan kokohnya tulang belakang.
Gembolan itu bisa sangat bermacam-macam. Bisa jadi hutang finansial. Bisa jadi bisnis yang ditipu orang. Bisa jadi hubungan yang dingin dengan keluarga. Atau trauma masa lalu yang melekat dan tak kunjung hilang.
Sama seperti manusia pada umumnya, sering dari kita yang akhirnya mulai membandingkan. “Seandainya saya yang ada di posisinya. Seandainya saya yang membawa gembolan itu.”
Namun sayangnya, itu hanyalah seandainya. Realita tetap berbicara bahwa kita punya gembolan sendiri. Kita punya hidup sendiri yang harus terus kita jalani apapun yang terjadi. Ketika kita mulai membandingkan, maka kita mulai kehilangan kebahagiaan.
Mungkin akan ada satu waktu dimana seseorang datang dan menawarkan diri untuk membawakan gembolanmu. Orang yang sepertinya rela menerima kondisimu. Namun akhirnya dia sadar, bahwa dia tidak butuh beban tambahan. Akhirnya diapun pergi memilih bersama orang yang gembolannya lebih kecil. Agar gembolannya menjadi ringan.
Akan selalu ada orang yang seperti itu. Apakah kamu perlu mengutuk dan menyesalinya? Its up to you. Satu yang pasti, itu ga akan menjadikan gembolanmu bertambah ringan.
Namun jika kita memilih untuk bersabar. Menggenggam erat gembolan-gembolan itu atau memanggul sendiri di pundakmu dan memilih kuat. Akan ada saat seseorang rela menjulurkan tangannya membantumu. Memanggul apa yang selama ini di pundakmu ke pundaknya. Tersenyum berdiri sejajar denganmu.
Bisa jadi dia sedang berjalan menuju arah yang sama denganmu. Bisa jadi dia pernah memanggul gembolan yang sama sepertimu. Atau memang dia yang rela, untuk membawa gembolanmu bersama.
Dia yang akan akan berkata : “Ini bukan gembolan mu, ini gembolan kita.”
10 comments
Kalo jaman dulu.. gembolan itu.. kain atau sarung yg di buntel2 isinya baju2. Bisa juga disebut buntelan. Biasanya org yg mau pindahan suka bawa gembolan agau buntelan. Karena di gendong kebelakang maka disebt gembolan dan bentuknya menggembol
Itulah dia..
Interpretasi gembolan yang kece
Sampai nanti ada yang mengatakan “Ini bukan gembolan mu, ini gembolan kita.”
Nice Mas Brili
Terimakasiiih Ananda…
Betul banget Mas Brilly….semua twrgantung kita…jangan jadukan “gembolan sebagai beban”
Yes mba! Setujuuu bin Sepakaat!
artikelnya menginspirasi buat yang udah baca dan memahami maknanya…. its right
Alhamdulillah… Silahkan di share mba NJ
siap,,, komandan
Kalau aku bebrgian gembolannya lebih banyak lagi. Anak-anak dan istriku.