Salam Hormat untuk Ketupat
Pagi ini aku melihat pemandangan yang berbeda di rumah mbah. Bude dan sepupu-sepupu berkumpul dan terlihat janur berserakan dimana-mana. Diantaranya ada di sela jari jemari mereka. Salah satu aktivitas yang kusukai sedari kecil adalah melihat janur-janur itu menari dengan lincah diantara jemari trampil para bu de ku. Ya, mereka sedang membuat anyaman kulit ketupat. Suatu pekerjaan yang mereka lakukan setahun sekali. Tradisi ini tidak pernah terlewatkan setiap tahunnya di rumah mbah. Saat Mamah masih kecil pun tradisi ini sudah ada. Sekarang saat putra putri mbah sudah mempunyai cucu pun, tradisi ini masih tetap lestari disini.
Aku mengambil satu kulit ketupat berukuran satu telapak tangan dan mengamatinya sendiri. Aku berkali-kali diajari cara membuatnya, namun berkali-kali pula aku lupa bagaimana memulainya. Sama seperti seseorang yang bertekad melupakan mantan yang memutuskan menerima perjodohan orang tuanya namun ga pernah tau harus mulai melupakannya dari mana.
Dari mbah ku aku tahu bahwa asal usul nama ketupat itu berasal dari bahasa jawa. Berasal dari kata “mengaku lepat” yang artinya mengakui kesalahan. Oleh karena nya sekarang semua menjadi masuk akal mengapa ketupat identik dengan makanan khas idul fitri. Hari dimana semua saling mengakui kesalahannya dan saling memaafkan.
Tapi lebih dari itu, aku memuji Sunan Kalijaga yang begitu jenius memasukan tradisi memakan ketupat saat lebaran. Ketupat bukan hanya Nasi padat berbentuk segi empat yang begitu nikmat dimakan dengan opor ayam hangat yang bertaburan bawang goreng.
Ada sebuah makna yang begitu dalam terkandung dalam balutan cantik janur yang bertautan ini. Rumitnya anyaman ketupat ini yang bahkan sampai sekarang aku selalu lupa cara membuatnya menurutku memberikan sebuah cerminan bahwa dalam diri manusia terdapat banyak sekali dosa-dosa yang begitu kompleks dan merekat erat.
Namun begitu ketupat ini dibelah menjadi dua, munculah isinya yang begitu putih bersih tanpa noda. Itulah manusia yang bersedia membuka diri dan hatinya mengakui segala kesalahannya, memohon ampunan kepada sesama manusia dan Dzat yang menciptakannya maka dirinya akan menjadi putih kembali. Menjadi seseorang yang baru dan kembali fitri.
Makanan yang jamak lewat di lidah kita setahun sekali ini ternyata dapat mengajarkan banyak hal. Mengajarkan sesuatu kepada manusia hal yang selama ini kita lupa. Bahwa kesalahan dan dosa yang melekat pada diri kita tidak pernah mengenal kata terlambat untuk diampuni Nya.. Apabila kita mau mencoba membuka diri, membuka hati, serta memohon ampunan kepadaNya.
Dan dibalik segala ketampananku,Aku pasti mempunyai pernah berbuat salah kepada kamu semua. Baik melalui kata-kata, perbuatan, atau guyonan yang seringkali berlebihan dan tidak pada tempatnya.
Karena jarak tidak memungkinkan untuk sungkem satu-satu kepada semua pembaca..Untuk itu, ijinkan Brili secara pribadi sekaligus mewakili keluarga, mempersembahkan sebuah pantun untuk kamu semua..
Maem kupat paling enak kali santen
Menawi lepat Brili nyuwun pangapunten
(Makan ketupat paling enak memakai santan.
Bila ada kesalahan Brili minta dimaafkan)
Nb. Siapapun yang memiliki kontakku baik itu BBM atau no.HP, akan jauh lebih bijaksana jika nanti minta maafnya person to person. Jangan di broadcast. Apalah artinya kata-kata panjang nan Indah jika hanya copy paste tanpa ada kesungguhan saling memaafkan di dalamnya.
One comment
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1434 H, mohon maaf lahir bathin dari Kuala Lumpur ya, salam buat keluarga ya mas Brili…