Trainer Pemanjat Pinang

Ngomongin panjat pinang, pasti ingatan kita langsung meluncur ke lomba 17-an. Dulu, saat masih SD aku selalu menganggap Panjat Pinang ini adalah perlombaan orang dewasa. Ketakutan terbesarku adalah aku takut badanku remuk menjadi perkedel karena terinjak-injak. Lomba yang tak pernah absen aku ikuti paling-paling Balapan Kelereng atau Makan temen Kerupuk.

 

Hadiahnya tidak mewah. Hanya buku dan alat tulis yang dibungkus dengan kertas warna-warni. Sebagai pengganti jerih payah anak-anak yang berpeluh dengan sepenuh hati.

And I always took those competitions seriously!

Aku  selalu serius dan berlatih keras setiap kali mengikuti lomba-lomba itu. Bahkan sampai melakukan penelitian tentang gigi sebelah mana yang paling tahan goncangan. Sudut berapa yang bisa dipakai untuk meredam angin saat berjalan cepat dan kelereng tidak jatuh. Pake gigi depan, gigi geraham, sampai gigi teman di sebelah pun kucoba untuk penelitian.

Bagitu juga dengan lomba makan kerupuk. Apakah makannya harus dalam gigitan besar, ataupun gigitan kecil. Pijakan kaki seperti apa yang kokoh untuk memakan kerupuknya. Bahkan sampai menyimpan sedikit saus dan kecap dalam rongga mulut agar terasa lebih enak. Semua kulakukan.

Sebelum lomba Aku akan berdiri di depan cermin, membasahi muka lalu berbicara kepada diriku sendiri yang ada di dalam cermin. *Diiringi backsound Eye of Tiger dari film Rocky

“Brili, kamu pasti bisa! bisa! Ini hari dimana kamu kan mengukir sejarah menjadi pemenang! It’s your time to show who you are!

Dan aku pun mengakhiri pembicaraan ini dengan  mengelap ingus lalu pergi ke lapangan desa dengan jumawa.

Sayangnya aku tak pernah sekalipun memenangkan perlombaan ini. Pernah suatu waktu sudah di posisi terdepan, tiba-tiba ada angin kencang yang membuat kelerengku terjatuh. Yah, mungkin ini ulah zionis..

Masih dalam kekecewaan teramat dalam, biasanya Aku menghabiskan sore dengan menyaksikan lomba panjat pinang yang biasanya digelar belakangan.

Sebuah batang pinang setinggi beberapa meter telah siap di pojokan. Batangnya penuh berlumur oli bekas hitam pekat.  Hadiah yang di puncak bermacam macam. Mulai dari ember, gayung, payung hingga sepeda.

Kadang Aku mikir kenapa hadiahnya sepeda? Apa sepeda cukup untuk menjadi motivasi para pria untuk memanjat pinang itu? Kenapa gak naruh Pevita Pearce  yang lagi diiket di atas pinang, dan kita lihat gimana reaksi para pemanjat. Aku jamin acara gak akan berlangsung lama. Lima menit kelar. Aku berada paling atas.

Ketika hampir berhasil sampai puncak, kadang tumpukan orang itu kembali runtuh karena kesalahan yang dibuat oleh satu orang. Entah dia berdirinya kurang kuat, atau genggamannya di batang pinang yang belum kencang. Namun tidak ada yang menggerutu, semuanya cuma tertawa sambil membenarkan posisi kolornya yang sudah keluar kemana-mana karena dijadikan pijakan untuk memanjat.

Proses itu terjadi berulang-ulang hingga akhirnya sang pemanjat paling tinggi bisa sampai di puncak dan meraih sepeda berpita yang menjadi hadiah.

Lalu apa hubungannya dengan Trainer? Apakah untuk menjadi seorang Trainer harus menang lomba panjat pinang dulu?

Tulisan ini masih dalam edisi refleksiku di tahun 2013. Di akhir April 2013, aku berkesempatan untuk mengikuti Bootcamp sekaligus Kompetisi Trainer seluruh Indonesia yang digelar oleh Akademi Trainer dan Kek Jamil Azzaini.

Aku datang dengan tujuan sederhana. Ingin belajar dari para expert yang hadir disini sebagai peserta, fasilitator dan Master Trainer nya. Tapi semua seakan berubah ketika kompetisi di Mulai! Pak Jamil dan tim membuat kami berkompetisi sebagai tim sekaligus sebagai individu. Di satu sisi kami harus menonjolkan diri sendiri, di sisi lain aku pun harus bahu membahu dengan peserta lainnya memenangkan tim kecilku. Sama seperti panjat pinang.

Aku beruntung dari awal ada bersama orang-orang hebat. Trainer yang memiliki jam terbang jauh lebih tinggi dariku. Kami berperan dan berperilaku seperti keluarga disini. Tidak ada rasa iri saat Aku dan Mas Taufik perlahan-lahan melaju dari babak penyisihan hingga final. Mas Andhika, Pak Luthfi, Pak Iwan, dan Mas Wim tetap menjaga kekompakan kami. Kami merasa harus muncul sebagai tim juara dan mengesampingkan ego pribadi. Selain karena hadiahnya adalah Pevita Pearce Bimbingan menulis buku dengan Bunda Sofie.

Walaupun yang masuk final hanya ada Aku dan Mas Taufik, tapi bukan hanya kami yang bergadang untuk persiapan final kompetisi. Masing-masing berusaha dengan sepenuh hati mendukung kami. Melatih sekaligus memberikan masukan positif agar tampil maksimal di final esok hari. Kami seakan sedang memanjat pinang. Dengan Aku dan Mas Taufik ada di bagian teratas.

Walaupun pada akhirnya Aku dan Mas Taufik gagal menjadi juara, Allah Maha Adil. Kerja keras tim kami terbayar lunas. Kami menunjukan bahwa Tim Jango layak menjadi juara. Menjadi tim terbaik saat kompetisi.

Dari Kiri ke kanan (Mas Andhika, Aku, Mas Taufik, Pak Iwan) Kurang MAs Wim dan Pak Luthfi
Dari Kiri ke kanan (Mas Andhika, Aku, Mas Taufik, Pak Iwan) Kurang MAs Wim dan Pak Luthfi

Peristiwa yang membuat kita merasa bersatu. Bersama sama bergadang dan menyemangati agar bisa menjadi juara. Tidak menjadi orang yang mementingkan egonya sendiri.

Mungkin semangat itu yang coba ditularkan. Semangat bekerja sama dalam berkarya. Menjadi pribadi yang tidak cengeng meskipun jatuh berkali-kali dan berani untuk bangkit lagi. Terima Kasih Akademi Trainer untuk TBnC 8 nya.

Why do we fall? So we can learn to pick ourselves up.” – Alfred in Batman Begins.

 

 

CEO Inspirator Academy, penulis 6 buku, co-writer 17 buku artis, pengusaha, dan trainer.

Belajar Bisnis Dari Drakor Seru Abis

Sebagai penulis, melahap film dari berbagai genre adalah kebutuhan bagi saya. Membanjiri pikiran dengan ide ide baru, pembelajaran dan inspirasi dengan cara yang menyenangkan. Jadi itulah kenapa saya ga fanatik terhadap satu jenis genre film….

Transformasi Radikal Qyta Trans

Pandemi Covid 19 keras menghantam banyak lini. Wabah tentunya menyerang sisi kesehatan, namun ada sisi lain yang juga terhantam tidak kalah telak. Apalagi jika bukan sisi ekonomi. Semua pelaku usaha, mulai dari level kakap sampai…

Review Film Ghost Writer

    Ghost writer yang mereview film ghost writer. Akhirnya, setelah sekian lama bisa nge blog lagi. Dan, kali ini edisi khusus karena saya akan me review sebuah film. Karena biasanya untuk blog ini, review…

Cerita Dari Dirigen Oli Bekas

Cerita Dari Dirigen Oli Bekas Beberapa hari yang lalu mungkin teman-teman tahu bahwa saya menginisiasi donasi untuk membantu seorang anak bernama Latif. Sebuah video viral di social media memperlihatkan dia sedang dipaksa menyiram oli bekas…

Kios Untuk Ayah

Apakah benar hidup bermula di usia 40 tahun? Banyak sekali yang berkata kepada saya demikian. Bisa jadi ada benarnya, bisa jadi tidak berlaku bagi sebagian besar orang. Coba lihat sekeliling kita saat ini, apakah saudara…

6 comments

Leave a Reply to princess amanda @holistic_center Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *